Komunitas seni Kuaetnika akan meluncurkan album baru melalui konser bertajuk Sesaji Nagari. Konser yang didukung Bakti Budaya Djarum Foundation tersebut bakal berlangsung di dua kota, Jakarta dan Jogja.
Sesuai pers release yang TravelPlus Indonesia terima, Konser Sesaji Nagari di Jakarta akan bertempat di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Sabtu 23 Februari 2019 pukul 20.00 WIB. Sedangkan di Jogja di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta, Minggu, 10 Maret 2019 juga pukul 20.00 WIB.
Konser Sesaji Nagari yang musiknya diaransemen oleh Djaduk Ferianto dan Kuaetnika, akan mempersembahkan lagu terbarunya seperti Sesaji Nagari, Ulan Andung-Andung, Batanghari, Kadal Nongak, Lalan Belek, Doni Dole, Anak Khatulistiwa, Made Cenik, Sigule Pong, dan Air Kehidupan.
Dalam promo digitalnya, tertulis harga tiket Konser Sesaji Nagari untuk di Jakarta dibanderol mulai Rp 100 ribu (bronze), Rp 200 ribu (silver), Rp 300 ribu (gold) sampai Rp 500 ribu (platinum) per orang. Sedangkan untuk konser di Jogja harga tiketnya Rp 50 ribu (festival), Rp 75 ribu (lesehan), Rp 100 ribu (VIP), dan Rp 200 ribu (VVIP).
Mengingat ini tahun politik, di promo digital konser ini diberi stempel warna biru bertuliskan: INI BUKAN Pertunjukan POLITIK.
Dalam perjalanannya, Kuaetnika telah mengeluarkan beberapa album musik sekaligus menggelar konser antara lain Nang Ning Nong Orkes Sumpek pada tahun1996, Ritus Swara (2000), Unen Unen (2001), Many Skyns One Rhythm (2002), Pata Java (2003), Raised From The Roots, Breakthrough Borders (2007), Vertigong (2008), Nusa Swara (2010), dan Gending Djaduk (2014).
Menurut Djaduk Ferianto budaya Indonesia sangat beragam, termasuk musik daerahnya.
Setiap daerah, sambungnya memiliki alat musik khas dengan bentuk dan bunyi-bunyian yang unik yang membedakan daerah satu dengan daerah lainnya.
Sayangnya seiring berjalannya waktu, kian lama nada dan melodi indah beragam musik daerah ini semakin jarang terdengar, khususnya generasi muda.
"Berangkat dari hal tersebut, kami mencoba melakukan inovasi dengan menyajikan aransemen dan memadukan musik tradisi dan menambahkan unsur modern. Kami harap, inovasi yang kami lakukan dapat menyelaraskan semangat ke-Indonesia-an dari ujung Barat hingga ujung Timur, merekatkan kembali apa yang disebut Indonesia dan mengingat kembali menjadi orang Indonesia yang menghargai keberagaman,” ujar Djaduk Ferianto.
Renitasari Adrian selaku Program Director, Bakti Budaya Djarum Foundation menilai Kuaetnika sebagai komunitas seni telah lama berkiprah di dunia musik Tanah Air maupun internasional selama 23 tahun.
Berbagai festival internasional telah diikuti Kuaetnika antara lain Workshop and Performance of Contemporary Music at the Rentak dan Gerak (Rhythm & Movement) di Akademi Kebangsaan Malaysia (Kuala Lumpur 2001), Indonesian Arts Festival (Brisbane, Australia 2007), Indonesian Rock with Kuaetnika (Melbourne Australia 2007), Pesta Raya Malay Festival Art (Esplanade Singapura 2008), Darwin Festival (Australia 2008), dan Vienna Jazz Festival.
Menurutnya Kuaetnika kerap memberikan kejutan kepada penikmat seni dengan penampilannya yang unik dan inspiratif.
Para personilnya, lanjut Renitasari senantiasa menggali dan memadukan musik tradisi dengan berbagai instrumen elektrik menjadi sebuah harmoni yang unik dan indah untuk didengarkan oleh penikmat seni.
Sebagai informasi, Kuaetnika didirikan Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa, dan Purwanto pada tahun 1996.
Pembentukan komunitas seni ini sebagai sebuah upaya dialog di dalam bermusik dan menafsirkan kembali musik-musik tradisi dengan semangat inovasi sehingga dapat dinikmati dalam nuansa yang lain sekaligus menggugah selera generasi kini.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.@kuaetnika
Captions:
1. Jaduk Ferianto bersama Kuaetnika dalam sebuah pementasan world music.
2. Promo digital Konser Sesaji Nagari.
3. Kuaetnika saat tampil di pembukaan ArtJog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.