Cara mengolah Kukure terbilang mudah. Cukup dengan mengumpulkan seluruh isi atau daging di dalam cangkang landak laut. Tapi sebelumnya landak laut atau bulu babi itu dibersihkan.
Setelah seluruh cangkang terisi dengan daging mentah, lalu dikukus dengan api kecil.
Kalau mau melihat atau mungkin mencicipi Kukure, mampir saja ke Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), besok, Rabu (29/3) pagi. Soalnya ada even bertajuk Promosi Kuliner Wakatobi (PKW).
Kegiatan tersebut diselenggarakan Pemkab Wakatobi bersama Kemenpar dan bersinergi dengan kegiatan Dialog Gastronomi Nasional yang diadakan oleh Akademi Gastronomi Indonesia (AGI).
Selain Kukure, masih ada bergam kuliner khas Wakatobi yang akan disuguhkan seperti Kasoami, Sup Ikan Parende, dan Lulata.
Kasoami yakni kukusan singkong, yang menjadi makanan pokok warga Wakatobi. Warga di sana lebih senang makan Kasoami daripada nasi.
Mudah sekali membuat Kasoami, cuma dengan cara dikukus.
Sumber kabrohidrat satu ini enaknya dimakan selagi hangat. Teman bersantapnya Sup Ikan Parende, kerrang-kerangan ataupun ikan bakar beserta Sambal Colo-Colo khas Wakatobi.
Sup Ikan Parende seperti sup ikan lainnya dengan bumbu rempah-rempah seperti bawang merah, kunyit basah, daun serai, tomat, lombok, dan garam secukupnya serta tak ketinggalan asam tangkulela (belimbing) yang memberikan rasa segar keasam-asaman.
Sementara Lulata atau nasi bambu yang merupakan makanan tradisional dari Pulau Binongko, masih Kabupaten Wakatobi. Luluta adalah nasi panggang yang terbuat dari beras merah atau beras putih dengan bawang dan santan dimasukkan ke dalam bambu. Sebelum memasukkannya ke dalam bambu, semua dibungkus dengan daun pisang. Rasanya, hemmm.. lezat.
Ada juga Kosea No-kaudafa atau sayur daun kelor, Kentanidole alias nugget ikan, Kambalu yang terbuat dari umbi-umbian, Kapusu atau bubur jagung dan kacang merah dihidangkan selagi hangat dengan ikan bakar ataupun kerang-kerangan.
Serta Karasi berbahan utama tepung beras ataupun tepung singkong yang dibuat adonan lalu dicetak baru digoreng sebagai camilan. Proses membuatnya terbilang unik karena cetakan yang digunakan ketika membuat karasi terbuat dari batok kelapa yang telah dibentuk dan diberikan lubang-lubang kecil.
Tak ketinggalan Pogollu, makanan khas masyarakat di Pulau Kaledupa yang berbahan utama kacang merah yang direbus dan dicampur dengan adonan sagu lokal serta gula merah. Ada lagi Perangi, kuliner khas warga Kaledupa juga dari daging ikan segar yang dicincang dengan campuran jeruk nipis, cabai, bawang merah dan sedikit lada.
Kaledupa merupakan salah satu pulau dari rangkaian pulau yang akhirnya bernama Wakatobi.
Wakatobi sendiri singkatan dari Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, yang menjadi empat pulau utama dari kabupaten di Sultra ini.
Selain Promosi Kuliner Wakatobi, kegiatan ini juga akan diramaikan dengan perlombaan memasak Sop Ikan Parende, Kasoami, dan Karasi dengan peserta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata dan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) di Jakarta.
Tim jurinya terdiri atas beberapa chef terkenal, antara lain Chef Marco Lim, Chef Eddrian Tjhia, Chef Sisca Soewitomo, dan juga tim dari AGI.
Wakatobi selama ini memang dikenal sebagai surganya para divers. Kabupaten yang mengandalkan wisata bahari utamanya diving ini pun mulai berupaya menjaring wisatwan lewat aneka kuliner tradisionalnya.
Kabupaten yang belum genap berusia 13 tahun ini, kini memiliki Bandara Matahora untuk menyambut datangnya penerbangan reguler.
Sebagai catatan, tahun lalu, kunjungan wisatawan ke Wakatobi menembus angka 25.000 orang, naik 8.000 kunjungan dibandingkan pada 2015. Sedangkan untuk kunjungan wisman-nya, BPS mencatat 6.626 orang pada tahun 2015.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, @adjitropis)
Foto: @eryibrahim, adji, & wakatobikab.go.id
Captions:
1. Promowi Kuliner Wakatobi
2. Kasoami, makanan pokok dari singkong
3. Camilan Karasi
4. Sop Ikan Parende
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.