“...Halo-halo Bandung Ibukota Periangan. Halo-halo Bandung kota kenang-kenangan. Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau. Sekarang telah menjadi lautan api. Mari bung rebut kembai...”. Lagu Halo-halo Bandung ciptaan Ismail Marzuki ini membahana di Jalan Asia Afrika, Bandung, saat acara Asian Afrika Carnival 2015 berlangsung, Sabtu (25/4). Warga Bandung dan wisatawan ikut menyanyiikan lagu patriotis tersohor itu, bak koor paduan suara raksasa.
Sekitar 14 kontingen perwakilan negara Asia dan Afrika dan sejumlah perwakilan dari kota-kota terpilih di Indonesia melakukan iring-iringan menampilkan seni budaya khas negara dan kotanya masing-masing. Mereka memulai arak-arakan start dari mulai Simpang Lima menyusuri sepanjang jalan Asia Afrika, kota Bandung sekitar pukul 13.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB.
“Asian African Carnival ini dipersembahkan untuk warga Kota Bandung,” kata Walikota Bandung Ridwan Kamil saat membuka langsung acara ini, didampingi Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Sebelum membuka, Ridwan Kamil dan Arief Yahya sempat menaiki Bandung Tour on the Bus (Bandros), bis wisata kebanggaan Bandung.
Dua mobil Bandros memimpin arak-arakan itu, diiikuti penampilan para kontingen. Perwakilan dari Yordania menampilkan tarian tradisionalnya, berikutnya secara beriringan ada perwakilan dari India, Kamboja, Mesir, Filipina, RRT, Jepang, Korea Selatan, Srilanka, Thailand, Vietnam, dan juga Myanmar yang tak kalah memukau.
Sedangkan perwakilan dari kota-kota yang mengikuti karnaval itu, di antaranya dari Kota Bandung, Denpasar, Kediri, Pontianak, Palembang, dan Yogyakarta. Masing-masing kota terpilih tersebut membawakan tari tradisisonal khas daerahnya seperti tari jaipong dari Bandung, tari Merak, tarian perang khas Pontianak dan yang lainnya.
Pengamatan travelplusindonesia di lapangan, antusias warga Bandung yang menyaksikan karnaval ini sangat luar biasa. Warga mulai menyemut sejak pagi, sebelum sepanjang jalan tersebut ditutup. Kerumunan warga semakin memuncak saat karnaval berlangsung. Bukan hanya warga Bandung yang datang tapi juga warga dari sekitar Bandung seperti Sumedang, Garut, dan Tasikmalaya. Bahkan sejumlah wisatawan nusantara dan mancanegara ikut membaur.
Di sepanjang trotoar Jalan Asia Afrika, warga dan wisatawan membaur, lebur dalam suka cita. Mereka berdiri dan berdesak-desakan di luar pagar pembatas, dari titik start sampai finish di dekat Masjid Raya Bandung atau Alun-Alun Bandung.
Sejumlah fotografer dari berbagai media termasuk warga sampai berdiri di dua jembatan di sepanjang jalan itu. Mereka berebut mengabadikan jalannya karnaval dari awal sampai akhir, kendati sempat turun hujan gerimis.
Masyarakat dan wisatawan dengan menggunakan kamera, handycam, ataupun handphone, mengabadikan momen tersebut sekaligus foto narsis di spot-spot menarik di sepanjang jalan itu, seperti di depan Hotel Merdeka, Museum Asia Afrika, gedung Pikiran Rakyat, Hotel Savoy, replika bola dunia, dan tentunya Masjid Raya Bandung.
“Saya bela-belain ke sini untuk melihat langsung karnaval ini. Sekalian foto-foto,” aku Asep (25) warga Dayeuh kolot, Bandung Selatan. Hal senada juga diutarakan Lilis (30) dari Garut. “Mumpung liburan dan dekat dari Garut, jadi saya bawa anak-anak buat melihat karnaval ini,” aku Lilis yang datang bersama suami dan dua anaknya.
Menpar Arief Yahya sampai memuji karnaval dan walikota Bandung atas kesukesan acara ini. Bahkan Areif Yahya mengatakan karnaval ini resmi menjadi acara tahunan berskala internasional dari Kota Bandung.
Menpar Arief Yahya sampai memuji karnaval dan walikota Bandung atas kesukesan acara ini. Bahkan Areif Yahya mengatakan karnaval ini resmi menjadi acara tahunan berskala internasional dari Kota Bandung.
“Bandung dan walikotanya keren banget. Saya ingin mendeklarasikan sesuatu, bahwa acara ini akan menjadi acara tahunan Kota Bandung yang bertaraf internasional,” ujar Arief Yahya seusai karnaval.
Dalam kesempatan itu Arief Yahya juga berterimakasih kepada warga Bandung dan 10 ribu relawan yang telah bekerja sama sehingga acara ini berjalan dengan baik. “Insya Allah tahun depan acara ini akan lebih meriah lagi dan diikuti lebih banyak negara Asia Afrika," tambahnya.
Karnaval bangsa-bangsa Asia Afrika atau Asia African Carnival 2015 menjadi salah satu side event untuk melengkapi core event puncak peringatan KAA di Bandung.
Selain karnaval tersebut, masih ada sejumlah side event KAA 2015 yang disuguhkan Kemenpar antara lain forum diskusi parliamentary, pameran dan workshop Kerjasama Selatan-Selatan Triangular (KSST), Indonesia Heritage Exhibition, pameran Koleksi Dokumentasi KAA, New Asia Youth Conference 2015, Asia Africa Business Summit (AABS), working lunch SIDS, dan pagelaran musik grup Slank pada 19 April lalu.
Arief Yahya menjelaskan side events tersebut dirancang untuk menghibur dan member kesan bahwa peringatan KAA 2015 ini bersentuhan dengan publik dan semakin membumi.
Adapun target kunjungan wisatawan dalam rangka kegiatan KAA ini, lanjutnya untuk wisman sebanyak 2500 orang dan wisnus 100 ribu perjalanan. “Side events ini digelar di dua kota. Di Jakarta sebanyak 9 events dan di Bandung 10 events. Tiga events yakni promosi pariwisata, Asian African Carnival, dan New Asia Youth Conference 2015 berlangsung di Bandung, sedangkan event lainnya di Jakarta,” terangnya.
Side event di Bandung juga dimeriahkan dengan pertunjukkan angklung bertajuk Angklung for the Word yang digelar di Stadion Siliwangi, 23 April lalu. “Sekitar 20 ribu orang memainkan alat musik khas Sunda ini, membawakan beberapa lagu secara bersama-sama,” pungkasnya.
Side event di Bandung juga dimeriahkan dengan pertunjukkan angklung bertajuk Angklung for the Word yang digelar di Stadion Siliwangi, 23 April lalu. “Sekitar 20 ribu orang memainkan alat musik khas Sunda ini, membawakan beberapa lagu secara bersama-sama,” pungkasnya.
Secara keseluruhan, kehadiran Asian African Carnival 2015 memang berhasil membetot perhatian warga Bandung dan sekitarnya termasuk wisnus dan wisman.
Namun masih ada beberapa catatan yang harus diperhatikan dan diperbaiki, agar tahun depan acara ini berlangsung lebih baik lagi.
Kemacetan parah menuju lokasi sebelum dan sesudah acara jadi catatan yang harus diperhatikan. Pengaturan rekayasa lalulintas termasuk penutupan jalan di lokasi acara sebaiknya dilakukan dengan tepat.
Catatan lainnya, tampilan setiap peserta kontingen harus lebih baik lagi agar menarik dan tidak membosankan. Paling tidak berbeda dengan karnaval sejenis yang sudah ada. Tapi harus diakui, di sisi lain, karnaval ini, kian menggaungkan nama Bandung ke tingkat Nasional bahkan dunia.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Bandung menjadi lautan manusia saat Asian African Carnival 2015 berlangsung, kendati sempat hujan gerimis.
2. Replika Bola Perdamaian Dunia Asia Afrika jadi salah satu spot andalan masyarakat untuk berfoto-foto.
3. Menpar Arief Yahya dan Walikota Bandung Ridwan Kamil di Pendopo Wakikota Bandung saat menjelaskan Asian African Carnival di Bandung akan dijadikan sebagai karnaval tahunan bertaraf internasional.
4. Warga berfoto dengan peserta karnaval.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.