Minggu, 01 Maret 2015

Indonesia Menuju Kiblat Busana Muslim Dunia Lewat Program Tata Busana Pelajar SMK

Indonesia punya modal untuk menjadi kiblat Busana Muslim dunia. Selain populasi Muslim-nya terbesar di dunia, Indonesia juga dianugerahi kekayaan warisan budaya di bidang busana. Namun untuk mewujudkan mimpi besar itu tersebut, tak semudah membalik tangan. Untuk itu Djarum Foundation melakukan kolaborasi dengan perancang busana ternama Irna Mutiara dan Bank Negara Indonesia.

Ketiga pihat terkait ini pun berkomitmen menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dibidang busana muslim. Caranya dengan mengembangan program tata busana pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tahun ini yang terpilih SMK Nahdlatul Ulama (NU) Banat di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. 

Kegiatan program tersebut meliputi pengembangan kurikulum Busana Muslim, pelatihan guru, serta bantuan infrastruktur pendidikan.

Selain untuk mencetak tenaga terampil yang mahir secara teknik, para siswa juga dibekali dengan kemampuan mengembangkan trend busana muslim yang sesuai syariah, dengan memadukan unsur warisan budaya, seperti batik dan bordir pada setiap balutan rancangannya.

Para siswa juga dikenalkan pada design dan teknik membatik, khususnya Batik Kudus. Batik Kudus memiliki ragam motif yang unik, hal ini disebabkan oleh pengaruh budaya Tiongkok, Arab dan Jawa yang kental, kemudian melebur dalam satu maha karya multi kultur. 

Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Primadi H. Serad menjelaskan program ini tidak hanya membekali kemampuan menjahit, melainkan lebih menitikberatkan pada keahlian para siswa dalam mendesain untuk menciptakan sebuah trend. “Program ini bukan mencetak penjahit tapi desainer atau perancang busana yang anda, berkualitas, dan berkelas dunia, “ terangnya di Jakarta Conventional Center (JCC), Jum’at (27/2). 

Primadi berharap lulusan jurusan Tata Busana SMK NU Banat Kudus kelak akan mampu terserap dengan baik di dunia industri fashion. 

Pimpinan Corporate Community Responsibility BNI, Nancy Martasutha menambahkan desainer itu merupakan profesi yang harus memiliki karakter khusus, jadi pembimbingan belajarnya tentulah secara khusus juga. “SMK NU Banat Kudus sebagai tempat belajar fashion design, juga merupakan tempat workshop para siswa dengan dunia fashion. Program-program yang sudah disiapkan tentulah sudah disesuaikan dengan tuntutan dunia fashion sekarang. Dan kami yakin jika suatu saat nanti akan lahir desainer-desainer fashion andal dari sekolah ini,” ungkapnya.

Irna Mutiara yang dipilih untuk melakukan pendampingan kepada para tenaga pendidik, menerangkan diperlukan penyempurnaan kurikulum tata busana yang sesuai dengan busana muslim. 

"Busana Muslim dari atas ke bawah itu banyak sekali yang bisa dikembangkan, mulai dari kerudung, busana, dan aksesoris semuanya bisa berkembang menjadi industri masyarakat. Oleh karenanya, programpeningkatan mutu SMK jurusan Tata Busana diselaraskan dengan awal hingga akhir proses produksi busana Muslim,” paparnya.

Tak hanya kurikulum, sebuah studio design yang dilengkapi dengan berbagai peralatan canggih juga disiapkan, seperti perangkat komputer Optitex Fashion CAD, yakni piranti lunak yang umumnya digunakan oleh perancang busana kelas dunia. 

Melalui teknologi tersebut, para pelajar dapat membuat rancangan busana serta pola dan purwarupa dalam bentuk tiga dimensi yang bisa disesuaikan dengan bentuk dan ukuran tubuh pemakai dengan sempurna. Alhasil, setelah mampu menciptakan kreasi design dan hasil karya busana, para siswa di sekolah ini juga dibekali dengan prinsip-prinsip mengelola usaha busana muslim melalui sebuah butik dengan brand Zelmira.

Langkah selanjutnya memperkenalkan produk para pelajar SMK tersebut ke khalayak, salah satunya dengan mengikuti pagelaran di Indonesia Fashion Week (IFW) 2015.

Dalam IFW 2015, sebanyak 45 koleksi busana muslim karya siswa SMK NU Banat Kudus dibawah bimbingan Irna Mutiara yang bertajuk "Miracle of The Sun"ditampilkan. 

Semuanya bergaya syar'i yang sesuai kaidah,menutupi namun tetap elegan dan berdaya pakai tinggi sebagai busana yang bisa dipadupadankan degan kelebihan tetap memperhatikan kekayaan lokal berupa bordir dan batik Kudus. 

Pagelaran tersebut diberi judul "Miracle of The Sun" karena terinspirasi dari keindahan alam saat perjalanan menuju kota Kudus yang biasanya dimulai pagi hari dan kembali saat petang hari. Suasana yang menampakkan matahari dari mulai terbit hingga matahari tenggelam, mengandung perpaduan warna-warna yang begitu menakjubkan, dari mulai pendar kuning, abu, beige dan terakhir hitam pada saat hari berganti malam. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions: 
1. Inilah busana muslim karya pelajar SMK Nahdlatul Ulama (NU) Banat di Kabupaten Kudus dibawah bimbingan Irna Mutiara hasil program tata busana yang disponsori Jarum Foundation dan BNI.
 2. Irna Mutiara dan para pelajar SMK Nahdlatul Ulama (NU) Banat di Kabupaten Kudus usai menampilkan 45 busana muslim di IFW 2015. 
3. Jumpa pers pagelaran karya busana musllim dari para pelajar SMA NU Kudus.
4. Inilah hasil program tata busana yang disponsori Jarum Foundation dan BNI untuk program tata busana di SMU NU Banat Kudus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.