Bosan rafting dengan perahu karet ataupun ban? Cobalah ke Loksado, Kalsel. Rasakan sensasi berbeda, berarungjeram dengan rakit bambu atau bamboo rafting di Sungai Amandit yang membelah belantara Kalimantan. Apalagi kalau Anda datang pas acara Loksado Bamboo Rafting Festival yang akan digelar 27-28 Desember 2014, dijamin bakal lebih seru karena ada suguhan budaya suku-suku dayak Pegunungan Meratus.
“Benar, pada tangal 27-29 Desember 2014 akan digelar Bamboo Rafting Festival di Loksado. Akan ada lomba arung jeram dengan bambu yang diselenggarakan Disporbudpar Kabupaten Hulu Sungai Selatan,” terang Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga serta Kebudayaan dan Pariwisata (Disporbudpar) Kalsel, Mohandas H, Hendrawan di Kotabaru belum lama ini.
Menurut Mohandas, Bamboo Rafting di Loksado sudah lama menjadi wisata unggulan Hulu Sungai Selatan (HSS). “Event ini digelar setiap tahun dan menjadi program andalan Pemkab HSS,” ujarnya.
Khusus festival bambu rafting, pesertanya diikuti warga dari berbaga daerah. Jalurnya dari Loksado sampai Kota Kandangan dengan waktu tempuh sekitar 13 jam, membelah hutan hujan Kalimantan.
Ketua Panitia Loksado Bamboo Rafting Festival 2014, Zul menambahkan disamping lomba arungjeram dengan rakit bambu, lanjutnya juga ada suguhan seni budaya Loksado serta budaya dari suku-suku dayak bukit yang hidup di Pegunungan Meratus. “Kalau untuk lomba bamboo rafting-nya ini sudah yang ke 11. Sedangkan suguhan budaya loksado dan dayaknya ini baru kali pertama,” terangnya dalam pesan pendek.
Suguhan seni budaya dayaknya, lanjut Zul berupa tari-tarian dan juga sarasehan dengan tokoh dan kepala suku dayak Meratus.
Balanting Paring
Berdasarkan pengalaman penulis saat menjajal bamboo rafting ini, dimulai dari start yang disebut labuhan awal lalu menuju aliran sungai ke arah Barat. Sepanjang pengarungan kita akan disuguhkan beragam pemandangan.
Di sebelah kanan dan kiri Sungai Amandit, terpampang gunung dan bukit, hutan hujan serta monyet yang bergelantungan dari pohon ke pohon.
Selain itu, nampak rumah kayu pemukiman Suku Banjar asli maupun beberapa Suku Dayak Meratus dan berbagai aktivitas penduduk di sekitar sungai, dari mulai mencuci, mandi, sikat gigi, buang air sampai membuat rakit.
Balanting paring adalah nama lain dari bamboo rafting. Dalam Bahasa Banjar, lanting paring digunakan untuk menyebut sebuah rakit bambu, yang terdiri dari 16-20 batang bambu dengan panjang lebih dari 6 meter. Batang-batang bambu itu disatukan secara sejajar dan diikat dengan tali.
Uniknya, setelah sekali dipakai untuk bamboo rafting, rakit bisa dibongkar kembali, bambu-bambu dikeringkan dan dipilih lagi. Kalau ada pemesanan rakit, bambu-bambu dirakit kembali. Harga sewa satu rakit Rp 250.000 untuk 3 jam perjalanan menyusuri jeram-jeram Amandit.
Rakit bambu ini bisa dinaiki 2 sampai 5 orang penumpang ditambah seorang “nahkoda”, yang berfungsi mengendalikan arah dan tujuan rakit bambu itu.
"Joki" yang berdiri di bagian depan rakit menjadi pengendali lajunya rakit ke arah yang benar. Dia memegang galah bambu sepanjang kurang lebih 3 meter untuk mengendalikan laju rakit agar bisa melintasi jeram dengan selamat. Terkadang joki melakukan aksi melompat dengan menekan ujung galah yang terkena batu.
Kecamatan Loksado berada 130 Km dari Banjarmasin, ibukota Kalsel atau sekitar 4 jam perjalanan darat dengan kendaraan roda empat. Kalau naik angkutan umum sejenis Elf atau mobil L300 yang disebut Taksi Kol sekitar pukul 2 siang. Tarifnya Rp 50.000 per orang.
Tiba di Kandangan, Ibukota Kabupaten HSS sekitar pukul 6.30 sore. Lanjutkan dengan ojek sepeda motor karena sudah tidak ada angkot lagi ke Loksado. Plihan lain carter mobil dari Banjarmasin langsung ke Loksado dengan biaya sekitar Rp 450.000 per hari.
Kecamatan ini terletak di antara Pegunungan Meratus yang masih diselimuti hutan hujan yang rimbun. Pegunungan ini juga menjadi pemukiman beberapa Suku Dayak, yang lebih dikenal dengan Suku Dayak Meratus.
Kalau Anda tak berani berarungjeram dengan rakit bambu, tak usah cemas. Ada pilihan lain yang dapat Anda lakukan di Loksado yakni trekking menembus hutan ke sejumlah air terjunnya.
Ada 8 air terjun di Loksado yakni Air Terjun Haratai, Riam Hanai, Kilat Api, Tinggiran, Hayam, Rampah Manjangan, Jelatang, Anggang, dan Air Terjun Riam Berajang. Air Terjun Haratai merupakan yang terbesar diantara yang lainnya. Di perjalanan Anda dapat melihat rumah adat suku dayak dan kalau beruntung Anda dapat menemukan Anggrek Hitam khas Kalimantan.
Pilihan lain ke Balai Adat Malaris di Desa Lok Lahung. Balai ini salah satu dari 43 balai adat yang tersebar di 11 desa. Balai ini berbentuk rumah panggung sepanjang lebih kurang 40 meter dengan lebar 15 meter. Bentuknya mirip dengan Rumah Lamin di Kaltim atau rumah adat suku dayak lainnya di Kalteng.
Untuk mencapainya dengan sepeda motor karena harus melewati jembatan gantung dari kayu sepanjang puluhan meter dengan lebar satu setengah meter. Tak jauh dari balai adat ini terdapat dua air terjun yakni Air Terjun Barajang dan Riam Hanai.
Selama berada di Loksado, Anda bisa bermalam di penginapan. Ada beberapa homestay yang bisa Anda pilih seperti Homestay Alya dengan tarif Rp 150.000 per malam. Homestay yang terdiri dari 4 kamar dilengkapi kipas angin ini ini terbuat dari kayu ulin. Selain itu ada Wisma Loksado yang berbentuk seperti asrama.
Kendati sederhana homestay dan wisma ini menawarkan pemandangan dari belakang yang menawan berupa perbukitan belantara dan sungai dengan batu-batu besar.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. “Nahkoda” bamboo rafting andal dan lincah.
2. Rakit dari bambu khas Loksado, Kalsel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.