Sabtu, 29 November 2014

Buton, Satu-Satunya Destinasi Wisata yang Ikut FILMARES 2014

Buton menjadi satu-satunya kabupaten di Indonesia yang mengikuti pameran khusus industri perfilman bertaraf internasional FILMARES 2014 yang berlangsung selama tiga hari di Jakarta International (JI) Ezpo. Kemayoran, Jakarta Pusat (26-28/11). Pemkab Buton berharap lewat pameran ini para produser film akan berbondong-bondong membuat film dengan mengambil lokasi di objek-objek wisata yang ada di Buton. 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Buton Abdul Zainuddin Napa menjelaskan tujuan Buton ikut pameran FILMARES 2014 ini untuk memperkenalkan kepada masyarakat Nasional maupun internasional bahwa Buton bisa dijadikan lokasi pembuatan film baik itu film percintaan, perang, budaya, dan lainnya. 

“Buton adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang punya banyak potensi baik wisata alam, bahari, budaya, sejarah yang menarik untuk dijadikan sebagi tempat syuting film. Buton punya benteng terbesar di dunia, pantai-pantai menawan, di tambah keindahan bawa lautnya tempat para diver menyelam, dan budaya lokalnya yang khas dan ,asih bertahan samapi kini,” terang Zainuddin kepada travelplusindonesia di JI-Expo, Jum’at ( 28/11). 

Banyak keuntungan yang didapat Buton dengan mengiIkut pameran ini terutama dalam segi peningkatan promosi pariwisatanya. Sebab selama ini Buton cuma dikenal sebagai taman aspal atau penghasil aspal. “Imej ini ingin kita geser. Bukan hanya tambang aspal tapi Buton juga punya potensi kebudayaan dan pariwisata yang antara lain bisa digunakan untuk lokasi pembuatan film dan lainnya,” ujarnya. 

Lewat pameran ini, lanjut Zainuddin, Buton juga ingin memberitahukan bahwa selama 2014, Pemkab Buton sudah membuat 2 film baik komersial dan dokumenter. “Jadi kita ingin buktikan ke publik bahwa Buton pernah bikn 2 film tahun ini,” tambahnya.

Film komersialnya berjudul Barakati yang diperankan Acha Septriasa dan Fedi Nuril yang menceritakan jejak terakhir Gajah Mada di Buton seteah melakukan perjalanan dari Kerajaan Mataram di Yogyakarta ke buton menurut versi orang Buton. Satunya lagi film dikumenter judulnya Festival Gunung Siantapina

“Kenapa film ini dibuat karena di Indonesia festival gunung cuma satu yakni Festival Gunung Padang di Jawa Barat karena di sana ada situs meglitik. Padahal di Buton tepatnya di Kecamatan Lasalimu juga ada ritual adat setempat ditambah benteng,” papar Zainuddin. 

Dengan mengikut pameran ini, tambah Zainuddin diharapkan para produser film tertarik memilih Buton untuk lokasi pembuatan filmnya. “Kalau mereka memilih Buton sebagai tempat syuting film baik komersial maupun dokumenter, kami pemda Buton siap untuk memfasilitasi dan memberikan kemudahan,” akunya. 

Zainuddin menambahkan selama tiga hari mengikut pameran FILMARES 2014 ini banyak investor terutama produser film dan sutradara yangg tertarik membuat film di Buton. “Tadi ada sutradara video klip dan layar lebar Richard Buntario yang datang ke stan Buton terus tertarik ingin survey ke Buton setelah mendapat informasi bahwa di Buton ada benteng terluas di dunia. Dia kaget karea dia baru tahu. Kata dia, benteng itu sangat cocok untuk lokasi pembuatan film modern yang berkolaborasi dengan kebudayaan Buton. Tapi dia mau survey dulu ke Buton khususnya ke benteng. Dia ingin memastikan apakah benar itu benteng atau bukan,” terang Zainuddin. 

Kata Zainuddin lagi, rencananya Buton akan ikut pameran ini lagi tahun depan. Ini baru pertama kali Buton ikut pameran FILMARES. “Pokoknya semua event yang dapat menguntungkan Buton dalam memperkenalkan potensi wisata dan budayanya, Buton akan ikut,” tandasnya. 

Meilanni, project director untuk FILMARES 2014 mengatakan bahwa selama ini kegiatan perfilman di Indonesia lebih banyak berfokus pada hasil akhir yaitu film, padahal industri perfilman itu lebih dari sekadar film. 

"Kami di sini mencoba untuk melihat dunia perfilman dari sudut yang berbeda. Kami mau mencoba mengekspos individu, proses, hingga produk dan jasa perfilman yang selama ini selalu berada di belakang layar. Jadi istilahnya bukan bukan makanannya melainkan dapurnya, kokinya, peralatannya, bumbunya, dan lainnya", ujarnya. 

Pameran ini diselanggarakan agar jangan sampai orang luar yang mau shooting di Indonesia menggunakan orang atau jasa dari luar juga. Apalagi kalau sampai memakai orang, produk atau jasa dari sesama negara ASEAN.  “Padahal di Indonesia ada. Kualitas kita tidak kalah tapi mereka tidak tahu kita ada. Sama saja jadinya. Kami maunya bukan hanya film kita saja yang eksis tapi pelaku dan pendukungnya juga, baru bisa dikatakan sebagai sebuah industri," terang Meilanni sambil mengingatkan akan diberlakukannya pasar bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA) sebentar lagi.

FILMARES Expo ini, lanjut Meilanni diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkenalkan perusahaan, komunitas, atau individu yang berkecimpung di industri perfilman dalam maupun luar negeri. 


Dalam FILMARES 2014 ini juga menghadirkan peserta-peserta yang menjual atau menyewakan peralatan pembuatan film. Selama tiga hari, pengunjung disuguhkan berbagai kegiatan di balik layar industri perfilman dari berbagai departemen yang terkait seperti kameramen, animator, sampai creator film. 

Pengunjung juga dapat melihat demonstrasi pengambilan video dengan helicam atau kamera terbang, mencoba berbagai jenis kamera, penciptaan animasi digital, dan production house. 

Selain pameran, ada peluncuran produk, stunt live perfomance oleh SFC, serta workshop dan talkshow. Ada workshop animasi VFX oleh Rini Sugianto, seorang animator Indonesia yang berhasil menghasilkan box office dan workshop Stereoskopik oleh Alexander Lentjes, seorang pakar 3D stereoskopik dari Inggris. 

Dalam pameran ini juga diinformasikan mengenai sejarah film Indonesia sejak tahun 1926, dimana film Indonesia pertama kali di produksi oleh NV Java Company dengan judul 'Loetoeng Kasaroeng' yang ditayangkan perdana di Bandung pada tanggal 31 Desember 1926.  Sampai jumpa di FILMARS Expo 2015.

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) 

Captions: 
1. Stan Pemkab Buton di pameran industri perfilman FILMARES 2014. 
2. Kadisbudpar Kabupaten Buton Abdul Zainuddin Napa di pameran FILMARES 2014 di JI-Expo.
3. Peralatan kamera terbang canggih yang dipamerkan dan dijual di FILMARES 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.