Nias punya potensi pariwisata yang tak kalah dengan Bali. Sayangnya selama puluhan tahun ini, orang hanya mengenal Nias hanya sebatas Pantai Sorake untuk ber-surfing ria dan lompat batu yang namanya sudah mendunia sejak lama. Padahal Nias tak cuma itu. Masih banyak potensi wisata lainnya yang belum tergarap dengan biak seperti potensi wisata alam, sejarah, dan budayanya. Semua potensi itu membuat Nias disebut-sebut pantas menjadi Bali kedua.
Namun untuk mengangkat potensi wisata lain Nias apalagi menjadikannya sebagai Bali kedua bukan perkara mudah, tapi bukan berarti itu mimpi. Ada banyak langkah untuk menuju ke arah itu.
Berikut ini ada duabelas (12) langkah untuk memajukan pariwisata Nias sekaligus agar menjadikannya sebagai Bali kedua yang berhasil Travelplusindonesia rangkum dari hasil wawancara dengan Martin Hutabarat anggota DPR-RI Komisi III dari Fraksi Partai Gerindra periode 2009-2014 dan Agus Mendrofa mantan Wakil Bupati Nias yang kini menjadi praktisi industri wisata di Gunung Sitoli, Nias baru-baru ini, ditambah pengamatan Travelplusindonesia sendiri.
Pertama, menjadikan nias provinsi. Dengan status tersebut akan lebih tertangani dan terkoordinir upaya pengembangan dan pembesaran semua potensi Nias termasuk potensi pariwisatanya. Pembangunan di Nias akan lebih mudah dikoordinir. Koordinatornya tentu saja gubernur Nias nanti. Dialah yang akan menentukan pengembangan kawasan di Nias, termasuk sektor pariwisatanya.
Kedua, mendatangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan duta-duta besar ke Nias. Dengan kehadiran sang presiden beserta para duta besar tentunya akan diliput media nasional dan internasional sehingga nama Nias akan lebih terekspose. Dengan begitu akan menanarik minta bukan hanya wisatawan pun investor ke Nias.
Ketiga, membuat konter promosi Nias di kedatangan mancanegara Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Kenapa? Karena setiap hari ribuan wisman datang ke Bali lewat Ngurah Rai. Dengan adanya konter Nias yang dilengkapi sejumlah bahan promosi wisatanya pasti akan membuat wisman tertarik datang ke Nias apalagi kalau sudah ada paket wisata ke Nias dari Bali lewat penerbangan langsung misalnya dengan Garuda, Lion dan lainnya. Promosi langsung di lokasi dimana turis menyemut seperti ini jauh lebih efektif.
Keempat, promosi wisata Nias lewat internet seperti blogger wisata, website, media sosial, dan digital lainnya. Penggunaaan internet juga penting karena sekarang orang lebih banyak menggunakan media online tersebut untuk mencari informasi wisata suatu negara.
Kelima, menentukan bentuk kepemilikan tanah bagi investor asing di Nias. Apakah sistim sewa dalam jangka 20 tahun sebagaimana di Bali atau dengan sistem lainnya. Kalau sistem sewa tanah, nanti kalau sudah habis masanya akan kembali lagi ke Nias. Sistim seperti di Bali itu sangat bagus ditiru karena warga asing tidak boleh memiliki hak milik atas tanah. Kalaupun mereka mau memiliki harus beristri orang Bali dan lahan tanahnya atas nama istrinya. Dengan sistim tersebut Nias tak akan kehilangan lahannya seincipun.
Keenam, membangun infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan bandara yang mampu dilandasi pesawat berbadan besar. Misalnya pembangunan bandara di Teluk Dalam, mengingat turis ingin dekat degan tempat wisatanya. Tentu bandara yang dibangun harus bisa menampung pesawat pesawat direct flight dari luar negeri yang berkapasitas di atas 200 orang.
Ketujuh, menata dengan baik tempat-tempat wisata Nias sebagaimana dilakukan Bali yang benar-benar mengelola wisatanya dengan sangat baik, mulai dari sawahnya, pantainya, lautnya, budayanya, kerajinan tangannya dan lainnya sehingga membuat turis terpikat untuk datang dan datang lagi.
Kedelapan, membuat daya tarik lain agar lebih variatif dan banyak pilihan. Misalnya membuat sentra perajin ukir-ukiran Nias, menentukan tari Nias yang bakal disajikan untuk menyambut turis dan lainnya, menata situs-situs sejarah dan megalitiknya, serta kampung-kampung tradisionalnya. Jadi jangan hanya Pantai Sorake dan Lompat Batu saja, minimal harus adal 7 daya tarik wisata agar turis bisa lama tinggal di Nias.
Kesembilan, menciptakan kenyamanan, kebersihan, ketertiban, dan keamanan. Dengan adanya empat komponen itu, citra pariwisata Nias akan selalu baik sehingga turis akan tertarik dan betah berwisata.
Kesepuluh, pemerintah Nias harus punya jiwa care terhadap pariwisata. Artinya bukan melihat parwisata semata formalitas sebagai program pemerintah pusat.
Kesebelas, tidak hanya pembangunan infrastruktur seperti hotel, jalan, bandara, pelabuhan dan lainnya tapi juga harus memperhatikan SDM. Harus ada SMK pariwisata termasuk D-3 pariwisata sehingga orang-orang dari luar daratan Nias juga bisa datang bersekolah di sini seperti yang dilakukan Bali dan daerah lainnya.
Keduabelas, memberikan muatan lokal sejak TK dan SD di seluruh Nias. Misalnya memperkenalkan seni dan budaya Nias seperti pakaian adat Nias, tari-tarian Nias, termasuk penggunaan Bahasa Nias selain Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sejak dini sebagaimana di lakukan Bali, Jawa Barat, dan Sumatera Barat sehingga mereka punya banyak stok SDM di bidang pariwisata. Jadi jangan tunggu proyek pemerintah berupa perbaikan jalan, bandara, dan lainnya tapi Pemda Nias juga komit untuk pemberdayaan SDM pariwisatanya.
Dengan semua langkah tersebut, tidak mungkin Nias akan menjadi Bali kedua kelak. Memang butuh proses dan keseriusan semua pihak untuk mewujudkan itu. Tapi sekali lagi itu bukan sesuatu yang mustahil bila dilakukan dengan sungguh-sungguh sejak dini. Terlebih letak Nias yang tidak jauh dari India, Singapura, Malaysia, dan negara tetangga lainnya.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Captions:
1. Potensi wisata Nias tak hanya surfing.
2. Wisnus selfie di depan tulisan Ya'ahowu di Gunung Sitoli, Nias. Ya'ahowu adalah salam selamat khas warga Nias.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.