Minggu, 19 Januari 2014

SBY, Presiden ke-5 di Dunia yang Menulis Buku Saat Masih Menjabat

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah presiden atau perdana menteri kelima (5) di dunia yang membuat buku dan meluncurkannya ketika masih menjabat. 

Begitu menurut Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia, Jakob Oetama dalam sambutannya saat peluncuran buku “Selalu Ada Pilihan” karya SBY pada Jumat malam (17/1) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. Sambutannya itu dibacakan oleh Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas St Sularto. Kata St Sularto, Jakob Oetama minta maaf karena berhalangan hadir

Ke-5 presiden/perdana menteri yang menuliskan otobiografi atau pesan-pesan reflektif atas apa yang dipikirkan, dilaksanakan, dan diputuskan ketika yang bersangkutan masih menjabat tersebut, sebut Jakob Oetama adalah Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, PM Israel Ariel Sharon, Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak, dan terakhir Presiden RI ke-6 Indonesia Dr. Susilo bambang Yudhoyono.

Buku “Selalu Ada Pilihan” setebal 807 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini menurut Jakob terbilang istimewa. Tidak saja karena ketebalan halamannya, tidak saja isinya, tetapi juga ternyata ditulis sendiri oleh seorang presiden yang masih menjabat. “Inilah pertama kali dalam sejarah negara RI. Kita memiliki seorang presiden incumbent yang menuliskan sendiri apa yang dipikirkan dan dilakukan, yang tentu bermanfaat sebagai bahan belajar,” kata Jakob.

Daya tarik buku ini menurut Jakob karena berkisah tentang sejumlah kasus besar tetapi tak satu pun menyebut tokoh atau pribadi yang tersangkut di dalamnya. “Menurut kami inilah unsur suspensi, unsur penting dalam sebuah buku, sesuatu yang menyisakan tanda tanya. Sebab pembaca dengan sendirinya tahu siapa-siapa tokoh yang tersirat itu,” ujarnya.

Presiden SBY sendiri dalam sambutannya mengatakan bahwa SAP bukan sebuah otobiografi atau memoar politik. “Saya baru akan menulis memoar politik kelak setelah tidak lagi jadi presiden,” jelas SBY.

SBY mengatakan bahwa buku ini ditulisnya sendiri di waktu senggang, saat subuh, menjelang tidur, dan di tengah perjalanan udara. “Buku ini saya niatkan sebagai wahana untuk berbagi, bukan menggurui dan bukan juga berteori,” ujarnya.
Buku ini disajikan dalam empat bab. Cerita diawali dengan gambaran Indonesia saat ini dan dilanjutkan dengan cerita rasanya menjadi Presiden. 

Pada kesempatan itu, SBY memberikan bukunya langsung kepada 20 orang pertama yakni Annabel mahasiswi berprestasi, Albertheine Endah penulis buku,. Afiliani ekonomi anggota Komisi Ekonomi Nasional, bambang Pamungkas pemain sepakbola nasional, Susilo Supandji Gubernur Lemhanas, Chairul Tanjung pengusaha, Eni Susanti manajemen toko buku Gramedia Depok, Gamawan Fauzi Menteri Dalam Negeri, Herman Nusakambe Purnawiran TNI Mantan Gubernur NTT, I Gusti Made Putra Purnawirawan Polri, Indrarto Bupati Pacitan sekaligus, adik kelas SBY di SMP dan SMA, Prof Juwono Sudarsono mantan Menhan, Ruhut Pangaribuan pengacara, Mardiono Ketua PWI pusat, Mas Mizar teman satu almamater SBY alumni Akabri '73, Mari Elka Pangestu Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif, Merry Riyana penulis buku dan pengusaha, Min R Uno penulis buku, Mutia Farida Hatta Watimpres, dan. Felix Fernando tokoh muda papua, staf khusus presiden. 

Hadir dalam peluncuran buku ini antara lain Wapres Boediono dan Ibu Herawati Boediono, mantan Wapres Tri Sutrisno, Jusuf Kalla, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, sejumlah artis, dan para sahabat SBY. 

Acara dibuka dengan penampilan Ebiet G. Ade yang menyanyikan mendendangkan “Elegi Esok Pagi”. Ebiet juga melantunkan lagu ciptaan Presiden SBY yang berjudul “Mengarungi Keberkahan Tuhan”. 

Pada akhir penampilannya, Ebiet menyanyikan lagu terbarunya dalam album "Serenada", dan kemudian memberikan DVD album tersebut langsung kepada Presiden SBY. 

Selain Ebiet, penyanyi muda Lala Karmela dalam iringan gitar Tohpati pun tampil menyanyikan beberapa lagu, satu di antaranya lagu cinta karya Presiden SBY berjudul “Malam Sunyi di Cipaganti” yang mendapat sambutan hangat para tamu undangan. Lantaran lagu itu berisi tentang pertemuan pertama SBY dengan Ani di Cipaganti Bandung. 

Berikut potongan liriknya: “Hatiku pernah tertambat dengan si dia. Di kota kembang penuh nostalgia. Entah sewindu, atau satu dasarwarsa, masa yang indah masa remaja”. Spontan, tamu yang hadir pun bertepuk tangan. 

Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.