Selasa, 21 November 2017

Berpredikat Masjid Tertinggi di Pulau Jawa, Jabal Nur Hidayatullah Punya Pesona Berbeda

“Bismillahirohmanirrohim. Dengan senantiasa memohon ridho Allah SWT, Masjid Jabal Nur Hidayatullah diresmikan tanggal 18 Juli 2010 oleh DR. H. Sjahrazad Masdar, MA Bupati Lumajang”.

Begitu tulisan berwarna hitam yang tertera di sebilah porselin berwarna putih berbentuk persegi empat yang tertempel di dinding Masjid Jabal Nur Hidayatullah yang bercat biru.

Dari tulisan itu sepertinya tidak ada yang istimewa. Sama seperti masjid-masjid lain.

Begitupun dengan arsitekturnya, sederhana saja. Tidak ada sesuatu yang menonjol, unik atau wah.

Boleh dibilang desain masjid ini minimalis, tapi ada sentuhan modern.

Di atapnya ada kubah bundar besar berwarna hijau dan aksen biru dan putih dengan lambang bulan dan bintang di pucuk kubah.

Seluruh dinding masjid ini bercat putih pada bagian atas dengan aksen sedikit warna kuning dan biru. Sedangkan dinding bagian bawah berwara biru. Sementara keramik lantainya berwarna hijau muda.

Tembok pagarnya berwarna putih dengan aksen hjau dan biru. Sedangkan ubin tangganya yang berundak-iundak berwarna putih dengan pintu pagar dari besi bercat coklat gelap.

Sebagai masjid sebenarnya ukurannya pun tidak terlalu besar, hanya sekitar 10 x 8 m. Namun mampu menampung lebih dari 50 jamaah sehingga bisa dipakai untuk shalat Jumat.

Tapi yang membuat masjid bernama Jabal Nur Hidayatullah itu istimewa, adalah letaknya yang berada di Dataran Tinggi Tenger, tepatnya di ketinggian lebih dari 2000 Meter di atas permukaan laut (Mdpl) sehingga berpredikat sebagai masjid tertinggi di Pulau Jawa. Wow.

“Jabal” sendiri berarti gunung, “Nur” adalah cahaya (Islam), dan “Hidayatullah” bermakna hidayah dari Allah SWT.

Keistimewaan lainnya, masjid ini pun menjadi salah satu representasi dari perjuangan panjang selama 20 tahun dua da’i andal yaitu ustadz muda Ali Farqu Thoha dan Warsito yang aktif berdakwah dan mengislamkan sejumlah warga Suku Tengger yang semula menganut Hindu khas Tengger.

Keistimewaan lainnya, dari masjid yang berada di Dusun Puncak, Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur ini terpampang pemandangan alam pegunungan yang menawan berupa perkebunan teras khas masyarakat Tengger dengan latar belakang Gunung Semeru, berikut Mahameru sebagai puncaknya atau atapnya Jawa.

Selain itu, sekitar 500 meter di atas masjid tersebut ada sebuah pura kecil, tempat beribadat umat Hindu Tengger. Sehingga terasa ada nuansa rukun dan damai di sana.

Lantaran berada di lereng dataran tinggi yang berbukit-bukit, butuh perjuangan ekstra untuk mencapai masjid ini. Apalagi jurang curam menganga di kanan-kirinya.

Menurut Samsuri warga Desa Argosari yang berprofesi sebagai petani dan tukang ojek wisata, sebelum menjadi masjid seperti sekarang, Jabal Nur adalah sebuah mushola sederhana.

“Karena penduduknya sekitar sini banyak yang menjadi Muslim, diubahlah musolah ini menjadi masjid untuk ibadah shalat lima waktu dan Shalat Jumat, pada jaman bupatinya Syahrajad Masdar,” terang Samsuri.

Peletakan batu pertama pembangunan musolah ini menjadi masjid dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2009 oleh Wakil Bupati Lumajang Drs. As'at Malik.

Kabarnya pembangunan Masjid Jabal Nur ini menelan biaya sekitar Rp 150 juta lebih. Dananya dari berbagai sumber antara lain Baitul Maal Hidayatullah (BMH), LSM, dan swadaya masyarakat.

Setahun kemudian Masjid Jabal Nur Hidayatullah diresmikan langsung oleh Bupati Lumajang, DR. H. Sjahrazad Masdar, MA pada hari Ahad tanggal 18 Juli 2010.

Kini selain dipakai untuk ibadah sholat jumat, sholat jamaah lima waktu, masjid ini juga digunakan untuk pengajian dan Taman Pengajian Al qur’an (TPA).

Diklaim sebagai masjid atapnya Jawa membuat Jabal Nur Hidayahtullah menjadi salah satu spot yang dituju wisatawan saat berkunjung ke Desa Argosari selain ke puncak B29 (bukit berketinggian 2900 Mdpl) dan B30 (berketinggian 3000 Mdpl), Pura, dan Plang Puncak B29.

Untuk mencapai B29 sebagai ikon utama wisata di Desa Argosari, dulu wisatawan berjalan kaki alias trekking tapi belakangan ini sudah ada ojek sepeda motor yang siap mengantar hingga jelang B29 bahkan ada yang sampai B30.

Tarifnya cuma Rp 75 ribu per orang dari pertigaan Desa Argosari ke lokasi pergi-pulang, melewati Masjid Jabal Nurhidayatullah.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Inilah Wajah Masjid Jamal Nur Hidayatullah yang disebut-sebut sebagai masjid tertinggi di Pulau Jawa.
2. Diresmikan semasa Bupati Lumajang  DR. H. Sjahrazad Masdar, MA tanggal 18 Juli 2010.
3. Sepenggal pemandangan alam pegunungan dari Masjid Jabal Nur Hidayatullah.
3. Naik ojek gunung ke Masjid Jabal Nur Hidayahtullah 
4. Menjadi salah satu spot kunjungan wisatawan selama berwisata di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jatim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.