Senin, 09 Oktober 2017

Kereeen…, 150 Ragam Budaya Ditetapkan Sebagai WBTB Nasional 2017

Sebanyak 150 karya budaya, seni, dan kearifan lokal ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional tahun ini oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan (Dirjenbud), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Penyerahan Sertifikat WBTB Nasional 2017 sudah berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta, Rabu 4 Oktober lalu.

Ada 25 provinsi yang mendapatkan Sertifikat WBTB Nasional 2017. 

Riau misalnya memperoleh 11 sertifikat tersebut untuk Tunjuk ajar Melayu karya Almarhum Tenas Efendi, Sijobang "Buwong Gasiong", Silat, Zapin Api, Zapin Meskom, Manongkah, Perahu Beganduang Kuansing, Batobo, Rumah Lontiok, Selembayung Riau, dan Onduo.

Dalam acara itu salah satu WBTB Riau yang mendapatkan pengakuan, yaitu Sijobang "Buwong Gasiong" dari Kabupaten Kampar, tampil menghibur undangan. Dibawakan oleh putra asli Kampar dalam Bahasa Ocu Kampar.

Sumatera Utara (Sumut) meraih 5 sertifikat untuk Holat, Toge Panyabungan, Babae, Genderang Sisibah, dan Tari Gubang. Wagub Sumut Hj. Nurhalizah yang langsung menerima sertifikat tersebut dari Mendikbud Muhadjir Effendy.

Provinsi DKI Jakarta memboyong 8 sertifikat yaitu untuk Batik Betawi, Topeng Tunggal, Rebana Biang, Hadrah, Silat Cingkrik, Dodol Betawi, Kebaya Kerancang, dan Penganten Sunat.

Menurut Ketua Bidang Pelestarian Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Yahya Andi Saputra pihaknya mengajukan 32 jenus warisan budaya Betawi namun yang diluluskan panitinya ada 8. Sisanya gagal, dokumen dan sejarahnya kurang lengkap.

Sementara Provinsi Jawa Timur (Jatim) mendapatkan 5 Sertifikat WBTB Nasional 2017 untuk Sandur Manduro (Jombang), Ceprotan (Pacitan), Jamasan Pusaka Kyai Pradah (Blitar), Nyader (Sumenep) dan Damar Kurung (Gresik) dari 16 WBTB Jatim yang diusulkan.

Sandur Manduro adalah sebuah seni pertunjukan berbentuk teater tradisional dimana pemainnya menggunakan topeng dalam dua jenis, yakni kedok (topeng) binatang dan kedok wajah tokoh manusia.

Warna Kedok Manduro yang dominan adalah hitam, merah, dan putih yang merupakan pencerminan dari karakter etnis Madura. Pertunjukan ini berisi banyak tarian yaitu Tari Bapang, Klana, Sapen, Punakawan, Gunungsari, Panji, jaranan, burung dan sebagainya.

Begitupun Provinsi Jawa Barat (Jabar) mendapat 5 sertifikat serupa yaitu ritus perayaan adat istiadat Nyangku, kemahiran dan kerajinan tradisional Iket Sunda, Kolecer dan Leuit, serta seni pertunjukan Gambyung.

Aceh pun menyabet 5 sertifikat serupa untuk Rapa'i Pasee dari Aceh Utara, Rapa'i Griempheng (Pidie), Payung Mesihat (payung tradisional masyarakat Aceh),  Pesunatken (tradisi khitan masyarakat Alas), dan  Landoq Sampot (kesenian suku bangsa Kluet, Aceh Selatan). Kelima karya budaya Bumi Iskandar Muda itu diterima Wagub Aceh Nova Iriansyah.

Sementara Jambi memperoleh 10 sertifikat yaitu untuk Tari Elang (seni pertunjukan), Tomboi Sialongki/tomboi gambik rapa (pengetahuan dan kebiasaan mengenai alam dan semesta), Sebilik Sumpah (kemahiran kerajinan tradisional), Ambung Orang Rimba (kemahiran kerajinan tradisional), Cawot (kemahiran dan kerajinan tradisional), dan Obat Ramuan Orang Rimba (pengetahuan dan kebiasaan mengenai alam dan kebiasaan).

Selain itu Belangun Orang rimba (adat tradisional masyarakat, ritus dan perayaan-perayaan,), Hompongan (pengetahuan dan kebiasaan perilaku alam dan semesta), Musik Cambang Dano Lamo (seni pertujukan), dan Tari Kodam (seni pertunjukan). Sedangkan Daerah Istimewa Yogyakarta mendapatkan penghargaan khusus karena 18 kesenian dan kearifan lokalnya ditetapkan sebagai WBTB.

Pelaksanaan penetapan WBTB Nasional telah dilaksanakan Kemdikbud sejak tahun 2013. Pada tahun itu ada 77 karya budaya menjadi WBTB Nsional. Setahun kemudian, 2014 ada 96 karya budaya, dengan rincian 89 WBTB Nasional dan 7 Warisan Budaya Bersama.

Tahun berikutnya 2015 ditetapkan 121 karya budaya sebagai WBTB Indonesia. Selanjutnya tahun lalu 2016 ada 150 ragam budaya yang ditetapkan sebagai WBTB Nasional. Jumlahnya sama seperti tahun 2017 ini sebanyak 150 ragam budaya sebagai WBTB Nasional. Jadi total WBTB Nasional yang ada sampai tahun ini mencapai 594 jenis.

Penetapan sebagai WBTB Nasional 2017 melibatkan tim ahli yang melakukan seleksi dan verifikasi selama tak kurang dari 6 bulan.

Lalu setelah mendapatkan Sertifikat WBTB Nasional 2017, apa yang semestinya dilakukan masing-masing pempov?

Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan WBTB bukan hanya sebagai bentuk pengakuan atas beragam kearifan lokal Indonesia yang jumlahnya hingga saat ini belum terperinci dengan pasti, melainkan pula sebagai bentuk amanat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

“UU tersebut baru disahkan awal tahun lalu setelah 15 tahun dibahas sengit di parlemen,” terangnya.

Muhadjir menambahkan penetapan WBTB berkorelasi kuat dengan upaya pemerintah yang ingin menumbuhkan karakter relijius, nasionalis dan berbudaya kepada generasi muda.

Lewat program Pendidikan Penguatan Karakter (PPK), pemerintah pusat dan daerah bisa mengajak siswa untuk menelisik, mempelajari, dan mengamalkan semua nilai-nilai kearifan lokal di daeranya masing-masing. “UU jadi landasan penetapannya. Tetapi WBTB tidak berhenti pada penetapan saja, harus dilestarikan dan diajarkan kepada generasi penerus bangsa,” harapnya.

Dalam sambutannya, Muhadjir mengatakan komitmen dan kepedulian kepala daerah yang telah menjaga warisan budaya di daerah masing-masing menjadi penting. “Kepedulian memajukan kebudayaan mengedapan jati diri bangsa menjadi bangsa yang besar dan tidak goyang menghadapi cobaan," ujarnya seraya disambut tepuk tangan para gubernur, wakil gubernur, dan tamu undangan lainnya yang hadir.

Hal senada juga diutarakan Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud Hilmar Farid. “Usai ditetapkan sebagai WBTB harus ditindaklanjuti dengan menjaga, melestarikan, dan mengenalkannya kepada generasi penerus bangsa,” imbau Hilmar.

WBTB ini, lanjutnya harus diintegrasikan ke dalam dunia pendidikan. “Jadi harus diajarkan kepada murid di kelas,” pesannya.

Pemanfaatan WBTB
Lalu bagaimana pemanfaatan WBTB Nasional itu dari sisi pariwisata? Staf Ahli Bidang Multikultural, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Hari Untoro Drajat menjelaskan pemanfaatan dari sisi pariwisata terhadap WBTB sangat erat kaitannya dengan pengembangan beragam events.

“Perlu diingat setiap destinasi mempunyai keunggulan dalam asset budayanya, dan sesuai exit survey, sebanyak 60% ketertarikan pengunjung ke Indonesia karena ketertarikan budaya, ya WBTB-nya termasuk yang berupa adat tradisi,” jelas Hari Untoro kepada TravelPlus Indonesia lewat WA, Senin (9/10/2017).

Dalam pemanfaatan WBTB, lanjut Hari Untoro perlu adanya pengemasan dalam bentuk interpretasi dan penjelasan tentang tarian mengingat dibalik budaya leluhur yang tidak berwujud, terdapat filosofinya.

“Sebagai contoh Tari Bedoyo dari DI Yogyakarta yang dahulunya dipertontonkan pada saat ritual, saat ini bisa disaksikan dan diapresiasi bagi masyarakat umum,” terangnya.

Menurut Hari Untoro pemanfaatan WBTB dalam setiap event baik lingkup lokal, provinsi, nasional bahkan internasional bukan hanya dapat melestarikan WBTB tersebut, sekaligus memberi manfaat bagi para senimannya.

“Lewat best practice, budaya daerah dikemas dan ditampilkan. Selain bisa mendatangkan wisatawan juga dapat mengangkat kebanggaan kebudayan daerah,” tambahnya.

Hari Untoro mencontohkan Tari Gandrung Sewu Banyuwangi, saat ini anak-anak bangga menarikannya kembali secara kolosal. Begitu pun dengan Tari Saman di Aceh.

“Semakin dilestarikan semakin mendatangkan kesejahteraan,” ungkapnya.

Kepala Bidang (Kabid) Promosi Wisata Budaya, Kemenpar H. Wawan Gunawan menambahkan peluang memanfaatkan WBTB untuk promosi daerah sangat besar.

“Promosi dengan memanfaatkan kesenian dan atau kearifan lokal yang sudah ditetapkan sebagai WBTB Nasional menjadikan WBTB tersebut punya nilai lebih atau cultural value, termasuk manfaat buat para seniman dan juga keeksisan sanggarnya,” ujar Wawan yang juga seorang dalang wayang golek Sunda..

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: hari untoro

Captions:
1. Suguhan kesenian di malam penetapan 150 ragam budaya sebagai WBTB Nasional 2017 di Jakarta.
2. Pemanfaatan WBTB dari sisi pariwisata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.