Kamis, 27 Juli 2017

Wakatobi Harus Indahkan Ini Jika Ingin Menangkan Persaingan Pariwisata

Kalau ingin memenangkan persaingan di sektor pariwisata bahari, Wakatobi harus mempertahankan kekuatan lokal dan ciri khasnya sebagaimana yang sukses dilakukan Bali dan daerah lain.

Hal itu disampaikan Asdep Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Putu Ngurah dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Target Pasar Wisata Bahari 10 Destinasi Prioritas Pariwisata tahun 2017 yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) lewat Asisten Deputi (Asdep) Strategi Pemasaran Pariwisata, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara di Patuno Resort & Hotel, Pulau Wangi Wangi, Wakatobi, Kamis (27/7). 

Putu Ngurah yang mewakili Esthy Reko Astuti selaku Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar menambahkan kekuatan lokal yang dimaksud menghadirkan hal-hal yang memang ada dan tumbuh di Wakatobi.

“Misalnya mulai dari kedatangan wisatawan di Bandara Matahora di Pulau Wangi Wangi, harus didengarkan alunan musik lokal. Saat ke luar bandara, mata sudah dijamu dengan kekuatan lokal pula. Contohnya sewaktu kami datang, diberi selendang tenunan khas Wakatobi. Itu bagus dan harus dipertahankan,” tambah Putu.

Intinya memberi pengalaman yang berkesan sehingga wisatawan itu ingin kembali lagi. “Dan sewaktu wisatawan itu balik lagi, diharapkan membawa, teman, kerabat, dan keluarga,” terangnya.

Keasrian alam dan lingkungan Wakatobi juga harus dijaga dan dilestarikan.

“Kalau kita bisa melestarikan pariwisata masyarakat akan lebih mensejahterakan sebagaimana diutarakan Menpar Arief Yahya,” jelasnya.

Putu Ngurah berpesan keunggulan Wakatobi sebagai destinasi wisata bahari jangan hanya dinikmati sendiri. “Jangan terlena dan jangan dibiarkan. Harus dijaga agar bisa dijual dan dinikmati masyarakat nasional dan dunia,” imbuhnya.

Putu juga menyarankan agar Wakatobi mengunakan tenaga ahli, orang pintar, dan orang terkenal sebagai endorse kalau parwisatanya ingin sukses dan juga terkenal.

Wakatobi juga harus memiliki ikon. “Pimpinan daerahnya harus komit dengan pengembangan terkait ikon tersebut, dengan begitu Kemenpar pun akan komit mendukung,” terangnya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Wakatobi Muh. Ilyas Abibu pun senada dengan Putu Ngurah.

Menurut Ilyas dalam pengembangan pariwisata Wakatobi harus memperhatikan kekhususan yang dimiliki Wakatobi, melihat kemampuan dan daya dukung baik  itu daya dukung lingkungan, SDA, SDM, dan kearifan lokal.

Harus dipikirkan apakah Wakatobi cocok dikembangan mass tourism atau justu berbasis lingkungan.

“Saya lebih sepakat pariwisata Wakatobi mengejar kualitas, bukan kuantitas wisatawannya. Sebab semakin banyak wisatawan yang datang memberikan tekanan tersendiri baik buat alam maupun masyarakat,” terangnya.

Maksudnya lebih baik yang datang misalnya 10 orang tapi mengasilkan devisa justru lebih besar dibanding 100 orang. “Jangan karena mengejar kuantitas sampai menghancurkan lingkungan Wakatobi,” imbau Ilyas.

Perlu diingat, sumber air Wakatobi itu terbatas. “Kita hanya memanfaatkan air hujan yang terperangkap di pori-pori karang,” terangnya.

Lahan di Wakatobi juga terbatas. “Kalau semua sudah dibangun untuk hotel dan lainnya, suatu saat akan terjadi komplik di masyarakat dan bencana alam,” tambahnya.

Intinya, lanjut Ilyas pengembangan pariwisata baik itu yang bisa memberikan kesejahteraan yang berkesinambungan atau berkelanjutan. “Jangan sampai pariwisata membuat sejahtera sekarang tapi kemudian sengsara karena salah menerapkan strateginya,” ungkapnya.

FGD yang dibuka secara resmi oleh Ilyas ini diikuti 56 peserta dari lima unsur Pentahelix seperti Pemprov Sultra, Pemkab Wakatobi, SKPD di Kabupaten Wakatobi, ASITA, PHRI, akademisi, komunitas, dan media.

Plt. Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kemenpar Hariyanto menjelaskan FGD yang menghadirkan sejumlah nara sumber ini untuk merumuskan strategi-strategi terkait pemasaran pariwisata Wakatobi.

“Kajian, arahan, input bahkan kritik dan saran yang disampaikan para narasumber dan lainnya akan menambahkan pengayaan rumusan, supaya output-nya atau rumusan strateginya menghasilkan data yang berkualitas, dapat dipertanggngjawabkan, dan implementasinya tepat untuk dijadikan bahan referensi bagi pembangunan pariwisata Wakotobi,” kata Haryanto yang juga ketua panita FGD ini.

Narasumber yang dihadirkan di FGD Wakatobi ini antara lain Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kabupaten Wakatobi, Nadar yang lugas membawakan materinya bertema ‘Pengembangan Pariwisata Bahari di Wakatobi.

Selain itu ada PIC Tim Percepatan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas untuk Wakatobi, Gemma Pratama dengan materi 'Potensi Wisata Bahari Wakatobi', dan Konsultan PT. Ratu Mas Globalindo, Rahmat Ramadhan dengan materi bertajuk 'Penyusunan Target Pasar Wisata Bahari' dengan moderator Kabid Perencanaan dan Kerjasama Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara, H. Widodo.

Rahmat membenarkan kalau variable culture punya daya kuat untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke sebuah destinasi.

“Budaya menjadi kekuatan lokal sekaligus salah satu jualan dalam menjaring wisatawan, sebagaimana yang berhasil diterapkan Bali, Toraja, dan destinasi lainnya hingga meraup wisatawan selain faktor keindahan alamnya,” ungkap Rahmat.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Seluruh peserta FGD Wakatobi 2017 berfoto bersama.
2. Putu Ngurah mewakili Esthy Reko Astuti memberi sambutan sekaligus arahan.
3. Sekda Pemkab Wakatobi beserta tim Kemenpar.
4. Plt. Strategi Pemasaran Parnus Kemenpar Hariyanto melaporkan kegiatan FGD Wakatobi 2017.
5. Pemberian cinderamata kepada para narasumber FGD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.