Minggu, 24 April 2016

Horeee.., 6.600 Penari Ratoh Jaroe Pecahkan Rekor Dunia MURI

LUAR BIASA. Akhirnya 6.600 penari Ratoh Jaroe yang terdiri atas para siswi SMP, SMA, dan Mahasiwi se-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), berhasil memecahkan bukan hanya rekor Indonesia tapi dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI), usai tampil massal menarikan tarian asal Aceh itu di Alun-Alun Tugu Api Pancasila, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (24/4) sore.

Penghargaan ini terasa membanggakan sekaligus mengharukan, pasalnya 6.600 penari tersebut bukan orang Aceh atau berdarah Aceh, melainkan dari berbagai suku yang menetap di Jabodetabek. Ini membuktikan Tari Ratoh Jaroe justru lebih populer di luar Aceh.

Sertifikat rekor dunia MURI itu langsung diberikan pihak MURI kepada Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan beberapa perwakilan penari. Zaini berucap syukur atas penghargaan ini. “Ini suatu kehormatan bagi kami. Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak baik pemerintah pusat, Pemprov Aceh, pemkab/pemkot seluruh Aceh, pemda seluruh Indonesia, dan MURI serta para pelatih dari Rumoh Budaya hingga acara ini berlangsung sukses dan memecahkaran rekor dunia MURI,” ujarnya.

Zaini berharap dengan pemecahan rekor dunia dari MURI ini akan menggaungkan Tari Ratoh Jaroe bukan hanya ke seluruh Indonesia secara Nasional melainkan juga dunia. “Yang terpenting dari acara ini semakin terjalin silaturahmi antar-anak bangsa dan meningkatkan rasa persaudaraan dari interaksi seni budaya. Diharapkan ke depan juga terjalin kerjasama di berbagai bidang lain,” terang Zaini.

Pada kesempatan itu, Zaini juga mengajak warga Jakarta dan Indonesia untuk datang berwisata ke Aceh. “Kami menunggu kedatangan Anda ke Aceh. Ada banyak objek wisata kami yang beragam dan menawan,” promo Zaini.

Orang No. 1 di Aceh ini juga mengatakan kondisi Aceh sudah sangat kondusif untuk investasi dan lainnya.

“Aceh sudah sangat aman untuk tujuan wisata dan investasi. Jadi silahkan investor dalam dan luar negeri datang dan menanamkan invetasi di Aceh,” ajaknya lagi.

Terkait kesuksesan 6.600 penari Ratoh Jaroe memecahkan rekor dunia MURI di acara penutupan HUT TMII ke-41 ini, Zaini mengatakan itu tak lepas berkat persiapan matang yang dilakukan Pemprov Aceh.

Setiap tahun, lanjut Zaini Pemprov Aceh menggelar Festival Tari Ratoh Jaroe tingkat SMA dan perguruan Tinggi se-Jabodetabek di TMII. “Mereka yang tampil saat ini adalah mereka yang pernah mengikuti festival tersebut tiap tahunnya, jadi sudah terlatih,” terangya.

Menurut Zaini lagi 6.600 penari massal Tari Ratoh Jaroe yang tampil saat ini, sebelumnya juga dilatih oleh para pelatih tari dari Rumoh Budaya dibawah arahan dan pengawasan kepala Kantor Perwakilan Aceh yang didukung langsung oleh Pemprov Aceh.

Usai menyaksikan persembahan tari massal Ratoh Jaroe, Zaini memberikan sepasang tanaman Bungong Jeumpa yang nanti berbunga warna kuning dan putih kepada pihak manajemen TMII sebagai tanda ucapan terimakasih atas penyelenggaran Tari Massal Ratoh Jaroe ini.

“Tanaman bunga ini mohon ditanam di TMII sebagai kenang-kenangan dari kami. Bunga ini kebanggaan rakyat Aceh, simbol persaudaraan. Kalau dicium bunganya harum,” ujar Zaini. Sedangkan pihak TMII memberikan boneka hanoman, maskotnya TMII dan buku tentang TMII kepada Zaini yang kebetulan pada hari itu berulang tahun ke-76 tahun.

Pemecahan rekor dunia dari MURI kali ini juga menjadi kado istimewa bagi Zaini. Pasalnya MURI bukan hanya memberikan penghargaan rekor penari terbanyak kategori Tari Ratoh Jaroe Aceh, pun rekor penutupan HUT Taman Mini Indonesia Termegah, dan rekor penghargaan khusus sebagai Penari Perempuan Massal.

Ketua Panitia HUT TMII ke-41 Maryono mengucap syukur atas penghargaan ini. "Kendati sempat terkendala teknis dari panitia, akhirnya rekor ini bisa diraih. Terimakasih kepada seluruh pendukung, khusunya Pemprov Aceh yang sudah mempersembahkan tarian ini secara kolosal," ujarnya.

Ketua MPR Zulkifli Hasan yang juga datang dan menyaksikan tarian massal Ratoh Jaroe mengatakan sudah pantas pagelaran tarian asal Aceh ini mendapat rekor dunia MURI bukan cuma rekor Indonesia. “Mereka yang tampil adalah duta-duta budaya Indonesia masa kini,” ujarnya.

Zulkifli mengimbau pihak TMII untuk terus melanjutkan menggelar acara yang menampilkan seni budaya berbagai daerah ini. “Besok-besok bikin lagi dari daerah lain dan dipromosikan juga dengan gencar agar daerah lain terkenal seperti Aceh sekarang ini yang berhasil memecahkan rekor dunia dari MURI,” imbaunya.

Kepala Kantor Penghubung Pemerintah Aceh di Jakarta Ir Muhammad Badri Ismail menjelaskan angka 6.600 dari jumlah penari Tari Ratoh Jaroe ini punya makna tersendiri. “Angka enam itu melambangkan kembali ke rukun iman dalam Islam yang berjumlah enam, dan angka nol itu bermakna kembali kepada kedamaian,” ungkapnya.

Persembahan tarian ini, lanjut Badri masih berkaitan dengan perayaan Hari Kartini. “Tarian Ratoh Jaroe ini terinspirasi dari laksamana perempuan asal Aceh bernama Keumalahayati yang pemberani. Sementara pakaian yang dikenakan para penari itu pakaian khas Inong atau perempuan Aceh yang diterinspirasi dari Pahlawan Nasional asal Aceh, Cut Nyak Dien,” terangnya.

Badri menyebutkan, pada peringatan HUT TMII ke-41 tahun ini, Pemprov Aceh dipercaya menjadi tuan rumahnya. “Kesempatan ini kami jadikan sebagai ajang promosi bagi Aceh,” tambahnya.

Terdengar kabar, Pemprov Aceh mengalokasikan anggaran Rp 3 miliar lebih untuk menyiapkan seluruh rangkaian acara ini, termasuk pagelaran Tari Ratoeh Jaroe yang tarikan secara kolosal oleh 6.600 penari perempuan. Tarian kontemporer Aceh ini disutradarai oleh penata tari asal Aceh, Dek Gam.

Usai tampil, beberapa penari Tari Ratoh Jaroe mengaku bangga bisa ikut berpartisipasi memecahkan rekor dunia MURI ini. “Alhamdulillah terpecahkan, saya ikut bangga jadi bagian pemecahan rekor Tari Ratoh Jaroe tahun ini,” aku Ghina, mahasiswi semester 4 jurusan Akutansi, Universitas Indonesia (UI) yang ikut tampil bersama 6 rekannya dari UI.

Hal sama juga diungkapkan Syafasya, siswi SMAN 4 Bekasi. “Senang banget, apalagi nanti dapat sertifikat bukti ikut serta menari massal Tari Ratoh Jaroeh ini, masing-masing satu sertifikat,” aku Syafasya yang ikut tampil bersama 14 orang teman satu sekolahnya.

Lain lagi dengan Keffy siswi SMPN 19 Kebayoran baru, Jakarta yang wajahnya mirip gadis Aceh. Menurutnya keberhasilan pemecahan rekor dunia dari MURI ini jadi hadiah kami semua yang sudah berlatih keras.

“Tidak-sia-sia usaha kami, berlatih tiap hari sepulang sekolah. Saya senang banget tarian massal Ratoh Jaroe tahun ini memecahkan rekor dunia MURI,” ujarnya yang diamini 19 teman satu sekolahnya.

Berdasarkan pantauan Travelplusindonesia, persembahan tarian kolosal Ratoh Jaroe ini ditonton ribuan warga yang datang dari Jabodetabek dan sejumlah daerah lainnya.

Awalnya penonton berdiri tertib di luar pagar besi yang sengaja dipasang panitia di setiap sisi tepi Alun-Alun Tugu Api Pancasila. Namun saat acara baru dimulai sejumlah penonton ada yang masuk ke bagian dalam, terutama di bagian muka Alun-Alun dekat dengan panggung utama yang diisi tamu VVIP. Petugas keamanan pun tak sanggup menghalaunya.

Bahkan beberapa di antaranya ada yang ikut-ikutan naik ke panggung khusus wartawan dan fotografer di sebelah kiri dan kanan panggung utama.

Intinya mereka begitu antusias ingin menyaksikan lebih dekat sekaligus mengabadikan tarian kolosal Ratoh Jaroe yang jarang terjadi itu dengan handphone berkamera dan bervideo masing-masing.

Sebagai catatan, Tari Ratoh Jaroe merupakan tarian kontemporer dari Aceh yang biasanya ditarikan oleh beberapa penari perempuan.

Gerakan tari ini mirip dengan Tari Saman, tari tradisional asal Gayo Lues, Aceh yang umumnya dibawakan oleh para penari laki-laki, oleh karena itu Tari Ratoh Jaroe ini sering disebut Tari Saman-nya perempuan.

Rekor dunia MURI untuk Tari Ratoh Jaroe secara kolosal tahun ini, menambah koleksi penghargaan bagi Aceh di bidang tarian.

Sebelumnya Tari Saman yang sudah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO tahun 2011 lalu, juga memecahkan rekor dunia sekaligus rekor Indonesia dari MURI pada tahun 2014 tepatnya tanggal 24 November 2014 di Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues, Aceh.

Ketika itu sebanyak 5057 penari terdiri atas pelajar mulai dari SMP dan SMA serta masyarakat seluruh desa di Kabupaten Gayo Lues menarikan Tari Saman secara massal.

Sekali lagi, selamat buat 6.600 penari Tari Ratoh Jaroe, Pemprov Aceh, TMII, Rumoh Budaya, dan semua pihak terkait termasuk Kementerian Pariwsata atas keberhasilan memecahkan rekor dunia MURI di TMII tahun ini.

Semoga di tahun-tahun berikutnya, tidak hanya berhenti sampi di sini. Melainkan terus berkarya dan berprestasi, membanggakan budaya dan mengharumkan nama Indonesia ke tingkat dunia.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.