Indonesia Undang China Bangun 10 Destinasi Prioritas atau "Bali Baru"
Pemerintah Indonesia mengundang para investor Negeri Tirai bambu, China untuk membangun sejumlah destinasi pariwisata, terutama di 10 destinasi prioritas atau yang disebut “Bali Baru” di Tanah Air.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis
Foto: dok. kemenpar
Hal itu dilakukan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang baru-baru ini berkunjung ke negara pemilik Tembok Raksasa itu.
Ketika berkesempatan berbincang akrab dengan Chairmen China National Tourism Administratrion (CNTA) Li Jinzao di Grand Central Hotel Shanghai, (11/11), Arief Yahya melancarkan promosi investasi.
Kata Arief, tourism merupakan pintu masuk untuk Trade and Investment, yang biasa dia sebut TTI. “Ketika people to people connection semakin kuat, maka pintu peluang investasipun terbuka lebar,” jelasnya.
“Kami undang investor Tiongkok yang bergerak di sektor pariwisata untuk menanamkan modal ke Indonesia, yang punya atraksi berbasis alam, budaya dan buatan yang sedang berkembang. Saat inilah timing untuk investasi jangka panjang di bidang pariwisata,” ucap Arief Yahya.
Dia menjelaskan lagi tourism adalah pintu pembuka trade and investement yang paling efektif, sambungnya lagi. Dan tourism sebagai driver pada sektor perdagangan dan investasi.
Indonesia, lanjut Arief sedang membangun 10 Bali Baru, atau 10 destinasi prioritas yang sudah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo.
“Kami tidak hanya punya Danau Toba sebagai Bali Baru. Kami juga punya Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru Jawa Timur, Mandalika Lombok, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara. Semuanya memiliki potensi atraksi kelas dunia. Dan semuanya membutuhkan investasi,” jelas Arief Yahya.
Jika orang nomor satu sudah commited, sambung Arief, maka semua lembaga dan kementerian yang terkait dengan bidang tersebut secara otomatis pasti akan mensupport.
Ada tiga poin besar yang disampaikan Arief dalam kesempatan itu.
Pertama, mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih atas undangan CITM, ekshibisi industry Pariwisata selama tiga hari yang cukup berpotensi dan terbesar di Tiongkok itu.
Menurutnya Indonesia hampir tidak pernah absen di China International Travel Market (CITM) itu.
Tahun 2015 lalu di Kunming, tahun 2016 ini di Shanghai New International Expo Centre.
China adalah pasar potensial dan sudah ditetapkan sebagai asar utama pariwisata Indonesia.
Saat ini posisinya sudah nomor satu inbound ke Indonesia, menggeser Singapore, Malaysia, Australia, Jepang dan Korea.
“Tahun 2019, proyeksi kami adalah 20 juta wisman masuk ke Indonesia, dan 50%-nya atau 10 juta diantaranya berasal dari China. Karena itu kerjasama pariwisata dengan China itu menjadi sangat penting untuk dikembangkan,” tutur Arief.
Kedua, menyetujui dan akan menertibkan laporan soal pelaku industri pariwisata yang tidak professional.
Arief pun setuju bagi tour operator dan tour agent yang melanggar komitmen dengan customers-nya untuk ditindak tegas. Karena itu akan sangat mengganggu dan merusak masa depan bisnis sektor pariwisata.
“Kami setuju untuk diblack list, karena pariwisata adalah bisnis yang berbasis pada services, sehingga komitmen dan profesionalitas ekosistem ini menjadi taruhan utama agar bisa sustainable,” ungkapnya.
Poin ketiga, melaporkan bahwa program memperkuat akses atau connectivity melalui direct flight terus dikembangkan.
Menurut Arief penerbangan langsung dari Tiongkok ke Indonesia saat ini masih teramat minim, rata-rata 37% saja. Jauh dibandingkan Singapore, Malaysia apalagi Thailand yang sudah berada di atas 80%.
“Maskapai penerbangan kami sudah terbang ke China, seperti Garuda, Lion Group, Sriwijaya, Air Asia dan Citilink. Kami berharap airlines China juga lebih banyak terbang ke Indonesia,” terangnya.
Soal pengurusan lisensi untuk bisa mendarat ke airport di Indonesia, dia bersedia membantu kemudahan pengurusan agar lebih cepat dan lebih mudah.
Arief pun menjelaskan bahwa Indonesia mempunyai rumus dalam mengembangkan destinasi pariwisata yang dia sebut dengan isilah 3A yaitu Akses, Atraksi, dan Amenitas.
Akses adalah pintu masuk menuju ke tanah air, yang dilakukan dengan membanyak direct flights, menaikkan status bandara menjadi internastional airport, memperpanjang landas pacu, memperbanyak taxy way, menambah apron, memperbesar kapasitas dan kenyamanan terminal tunggu.
“Airport itu adalah first impression bagi wisatawan mancanegara,” pungkas Arief.
Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis
Foto: dok. kemenpar
0 komentar:
Posting Komentar