Cipta Award Picu Perbaikan Pengelolaan Obyek Wisata Daerah
Penghargaan Citra Pesona Wisata (Cipta Award) tingkat nasional yang tahun ini memasuki penyelenggaraan kedua kali, memicu para pengelola obyek wisata di sejumlah daerah untuk memperbaiki obyek wisatanya. Penghargaan yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata ini rencananya bakal mencakup tingkat ASEAN.
Indikatornya bisa dilihat dari jumlah peserta yang ikut dalam lomba Cipta Award 2011 ini. “Jika tahun lalu 89 peserta dari 15 provinsi. Tahun ini meningkat menjadi 131 peserta adari 17 provinsi,” kats Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) Firmansyah Rahim di Jakarta, Rabu(7/9/2011).
Dia berharap, tahun depan pesertanya meningkat menjadi 200 daya tarik wisata bahkan lebih dari 33 provinsi. “Setelah penyelenggaraan lomba Cipta tahun ketiga nanti, kita berencana mennggelar untuk tingkat ASEAN. Namun sebelumnya para pemenang lomba Cipta Award pertama, kedua, dan ketiga diadu terlibih dulu. Dan para pemenangnya akan diikutsertakan dalam lomba Cipta Award tingkat internasional tersebut,” jelasnya.
Firmansyah melihat setiap menjelang hari libur, para pengelola obyek wisata terlihat lebih serius memperbaiki fasilitasnya. Dan dia menilai obyek wisata yang dikelola swasta relatif lebih baik pengelolaannya dibanding yang dikelola pemerintah. “Oleh karena itu ada kategori daya tarik wisata buatan yang dikelola pemerintah, swasta atau kelompok masyarakat, dan perorangan,” terangnya.
Dalam katergori lomba juga ada peningkatan. “Tahun lalu hanya kategori daya tarik wisata alam Sedangkan tahun ini ditambah dua kategori lagi yakni kategori daya tarik wisata budaya dan daya tarik wisata buatan,” tambahnya.
Pemenangnya, lanjut Firmansyah mendapat stimulus dari Kemenbudpar berupa dana masing-masing sebesar Rp 25 juta, piala Cipta, dan sertifikat. Dengan stimulus ini, diharapkan pengelolanya memperbaiki kekurangan obyek wuistanya sehingga lebih baik. “Biar peruntukan dana stimus tepat sasaran, nanti sewaktu memberikan hadiah ini kepada pemenangnya akan disebutkan peruntukkannya untuk memperbaiki apa saja sesuai observasi juri sebelumnya,” jelasnya.
Menurut ketua juri Cipta Award 2011 Prof Dr Yuwono, kendati Cipta Award baru tahun kedua, secara fungsi sangat strategis dalam menciptakan gairah para pengelola obyek wisata dalam memperbaiki kualitas pengelolaannya.
Dia mencontohkan para pengelola sekitar 20 desa wisata di kaki Gunung Merapi secara kualitas kesadaran pengelelolaannya meningkat. “Belum termasuk di daerah lain seperti Sumatera, NTT, dan NTB,” jelasnya.
Penegasan bahwa Cipta Award berdampak positif meningkatkan kesadaran pengelola obyek wisata di daerah datang dari pengusaha dibidang pariwisata Johnnie Sugiarto. Menurtutnya di daerah sejumlah obyek wisata yang dimiliki pemerintah maupun kelompok masyarakat atau LSM yang sebelumnya tidak memiliki legalitas resmi, mulai mengurus kelegalitasannya. “Bahkan beberapa di antaranya sudah mengurus andal atau analisa dampak lingkungan,” akunya.
Peningkatan Ekonomi Rakyat
Perbaikan pengelolaan obyek wisata di daerah, lanjut Johnnie yang menjadi salah satu juri di lomba Cipta Award 2011 ini juga berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
Dia mencontohkan para pedagang kaki lima yang semula liar atau tidak tertata di luar obyek wisata menjadi lebih tertata setelah masuk dan berdagang di kios-kios yang disediakan pengelolanya.
“Contohnya di obyek wisata Pantai Teleng Ria, Pacitan mampu menampung 200 UKM. Sedangkan di Tarta Tipta, Bangka sekitar 50 UKM. Dan para pedagang kecil tersebut mengaku lebih untung berjualan di dalam obyek wisata tersebut dengan hanya membayar uang sewa Rp 20 ribu per hari,” jelasnya.
Arys Buntara juga salah satu juri lomba Cipta Award 2011 menerangkan, sebelumnya tahun ini ada wacana ingin membuat kategori daya tarik wisata sesuai umur pengeloaannya namun baru sebatas wacana.
“Mungkin tahun depan, kategori itu akan diadakan, mengingat memang tidak fair kalau mengadu obyek wisata yang luas dan sudah berusia matang seperti misalnya Ancol dengan obyek wisata kecil dan baru seumur jagung,” jelas Arys yang juga ketua yayasan Bisnis Watch Indoneisa.
Namun Firmansyah melihat lain. Dia menilai umur sebuah daya tarik wisata tidak menjamin pengelolaannya itu baik atau sebaliknya. “Belum tentu obyek wisata yang berusia ratusan tahun sudah pasti baik pengelolaannya. Dan belum tentu juga yang baru itu tidak bagus pengelolaannya,” jelasnya.
Malam puncak anugerah Cipta Awards 2011 akan diselenggarakan di Hotel Nikko Jakarta pada 27 September 2011, bertepatan dengan Hari Pariwisata Indonesia dan Hari Pariwisata Dunia. Sebanyak 9 (sembilan) pengelola daya tarik wisata alam, budaya, dan daya tarik wisata buatan yang berwawasan lingkungan akan menerima Piala Cipta 2011.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Tri Akbar Handoko, Pusat Komunikasi Publik, Kemenbudpar
Indikatornya bisa dilihat dari jumlah peserta yang ikut dalam lomba Cipta Award 2011 ini. “Jika tahun lalu 89 peserta dari 15 provinsi. Tahun ini meningkat menjadi 131 peserta adari 17 provinsi,” kats Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) Firmansyah Rahim di Jakarta, Rabu(7/9/2011).
Dia berharap, tahun depan pesertanya meningkat menjadi 200 daya tarik wisata bahkan lebih dari 33 provinsi. “Setelah penyelenggaraan lomba Cipta tahun ketiga nanti, kita berencana mennggelar untuk tingkat ASEAN. Namun sebelumnya para pemenang lomba Cipta Award pertama, kedua, dan ketiga diadu terlibih dulu. Dan para pemenangnya akan diikutsertakan dalam lomba Cipta Award tingkat internasional tersebut,” jelasnya.
Firmansyah melihat setiap menjelang hari libur, para pengelola obyek wisata terlihat lebih serius memperbaiki fasilitasnya. Dan dia menilai obyek wisata yang dikelola swasta relatif lebih baik pengelolaannya dibanding yang dikelola pemerintah. “Oleh karena itu ada kategori daya tarik wisata buatan yang dikelola pemerintah, swasta atau kelompok masyarakat, dan perorangan,” terangnya.
Dalam katergori lomba juga ada peningkatan. “Tahun lalu hanya kategori daya tarik wisata alam Sedangkan tahun ini ditambah dua kategori lagi yakni kategori daya tarik wisata budaya dan daya tarik wisata buatan,” tambahnya.
Pemenangnya, lanjut Firmansyah mendapat stimulus dari Kemenbudpar berupa dana masing-masing sebesar Rp 25 juta, piala Cipta, dan sertifikat. Dengan stimulus ini, diharapkan pengelolanya memperbaiki kekurangan obyek wuistanya sehingga lebih baik. “Biar peruntukan dana stimus tepat sasaran, nanti sewaktu memberikan hadiah ini kepada pemenangnya akan disebutkan peruntukkannya untuk memperbaiki apa saja sesuai observasi juri sebelumnya,” jelasnya.
Menurut ketua juri Cipta Award 2011 Prof Dr Yuwono, kendati Cipta Award baru tahun kedua, secara fungsi sangat strategis dalam menciptakan gairah para pengelola obyek wisata dalam memperbaiki kualitas pengelolaannya.
Dia mencontohkan para pengelola sekitar 20 desa wisata di kaki Gunung Merapi secara kualitas kesadaran pengelelolaannya meningkat. “Belum termasuk di daerah lain seperti Sumatera, NTT, dan NTB,” jelasnya.
Penegasan bahwa Cipta Award berdampak positif meningkatkan kesadaran pengelola obyek wisata di daerah datang dari pengusaha dibidang pariwisata Johnnie Sugiarto. Menurtutnya di daerah sejumlah obyek wisata yang dimiliki pemerintah maupun kelompok masyarakat atau LSM yang sebelumnya tidak memiliki legalitas resmi, mulai mengurus kelegalitasannya. “Bahkan beberapa di antaranya sudah mengurus andal atau analisa dampak lingkungan,” akunya.
Peningkatan Ekonomi Rakyat
Perbaikan pengelolaan obyek wisata di daerah, lanjut Johnnie yang menjadi salah satu juri di lomba Cipta Award 2011 ini juga berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
Dia mencontohkan para pedagang kaki lima yang semula liar atau tidak tertata di luar obyek wisata menjadi lebih tertata setelah masuk dan berdagang di kios-kios yang disediakan pengelolanya.
“Contohnya di obyek wisata Pantai Teleng Ria, Pacitan mampu menampung 200 UKM. Sedangkan di Tarta Tipta, Bangka sekitar 50 UKM. Dan para pedagang kecil tersebut mengaku lebih untung berjualan di dalam obyek wisata tersebut dengan hanya membayar uang sewa Rp 20 ribu per hari,” jelasnya.
Arys Buntara juga salah satu juri lomba Cipta Award 2011 menerangkan, sebelumnya tahun ini ada wacana ingin membuat kategori daya tarik wisata sesuai umur pengeloaannya namun baru sebatas wacana.
“Mungkin tahun depan, kategori itu akan diadakan, mengingat memang tidak fair kalau mengadu obyek wisata yang luas dan sudah berusia matang seperti misalnya Ancol dengan obyek wisata kecil dan baru seumur jagung,” jelas Arys yang juga ketua yayasan Bisnis Watch Indoneisa.
Namun Firmansyah melihat lain. Dia menilai umur sebuah daya tarik wisata tidak menjamin pengelolaannya itu baik atau sebaliknya. “Belum tentu obyek wisata yang berusia ratusan tahun sudah pasti baik pengelolaannya. Dan belum tentu juga yang baru itu tidak bagus pengelolaannya,” jelasnya.
Malam puncak anugerah Cipta Awards 2011 akan diselenggarakan di Hotel Nikko Jakarta pada 27 September 2011, bertepatan dengan Hari Pariwisata Indonesia dan Hari Pariwisata Dunia. Sebanyak 9 (sembilan) pengelola daya tarik wisata alam, budaya, dan daya tarik wisata buatan yang berwawasan lingkungan akan menerima Piala Cipta 2011.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Tri Akbar Handoko, Pusat Komunikasi Publik, Kemenbudpar
0 komentar:
Posting Komentar