Wisata Bahari Berhias Adat di Kota Baru
Kabupaten Kota Baru dengan ibukota Pulau Laut memiliki cukup banyak obyek wisata bahari berupa pantai, laut, dan pulau. Beberapa obyek tersebut kerap digunakan sebagai tempat pelaksanaan acara adat dan ritual yang membuatnya kian bernilai plus. Apa saja?
Obyek wisata bahari yang berhias adat di Kota Baru, Kalimantan Selatan (Kalsel) ada di Pantai Gedambaan yang berjarak 14 km dari Kota Kota Baru.
Di pantai yang lebih dikenal dengan nama Pantai Sarang Tiung ini kerap digelar acara adat Macceratasi yakni acara penyembelihan kerbau, kambing, dan ayam yang kemudian darahnya dialirkan ke laut dengan maksud memberikan darah bagi kehidupan laut.
Warga nelayan setempat yakin dengan melaksanakan adat ini akan mendapatkan rezeki melimpah dari laut.
Sebelum Macceratasi dimulai terlebih dahulu diadakan upacara Tampung Tawar untuk meminta berkah kepada Allah SWT.
Usai pemotongan hewan-hewan tersebut diadakan pelepasan perahu bagang (alat tangkap teri) ke laut dengan memuat beberapa sesembahan yang dilepas beramai-ramai oleh nelayan bagang, baik dari Suku Bugis, Mandar maupun Banjar.
Usai pelepasan bagang, ditampilkan atraksi meniti di atas tali yang biasa dilakukan oleh lelaki Suku Bajau. Atraksi ini pun selalu dipertunjukkan bahkan dipertandingkan pada saat upacara adat Salamatan Leut (Pesta Laut) sebagai pelengkap.
Untuk meramaikan upacara adat ini, biasanya disuguhkan hiburan berupa kesenian hadrah, musik tradisional, dan atraksi pecak silat.
Pantai berpasir putih ini berfasilitas cottage, mushola, kolam pemancingan, dan warung makan serta gazebo dengan tempat duduk-duduk untuk bersantai.
Malasung Manu
Ritual ini biasa diselenggarakan di Pulau Cinta, Pantai Aru, Kecamatan Pulau Laut Selatan. Tempat ini diyakini masyarakat setempat secara turun-temurun sebagai tempat terkabul segala ikrar sepasang kekasih.
Tapi ikrarnya dilakukan dengan duduk di atas kedua batu. Pelakunya bukan cuma sejoli muda-mudi setempat. Namun banyak juga wisatawan yang melakukannya untuk dipertemukan jodohnya.
Pada puncak ritual ini kerap diramaikan dengan beberapa kegiatan seperti sepakbola yang memperebutkan piala bergilir Wakil Gubernur Kalsel.
Di Pulau Cinta seluas 500 meter persegi ini para muda-mudi yang melaksanakan ritual melepaskan sepasang ayam jantan dan betina dari atas dua batu besar, yang terbelah dengan ketinggian sekitar 10 meter dari permukaan laut.
Mereka mengikatkan tali rafia, akar ataupun pita di dahan dan ranting pohon laut, yang tumbuh di atas batu-batu besar. Maksudnya agar mendapatkan jodoh yang abadi.
Tali yang diikatkan tersebut diberi batu ataupun sapu tangan, sebagai tanda keinginannya digantungkan kepada Allah SWT.
Pulau Cinta didominasi batu-batu besar dan sejumlah pohon laut sehingga disebut juga Batu Jodoh. Untuk menjangkaunya muda-mudi mengunakan perahu kelotok sekitar 30 menit dari Pantai Aru.
Bila bertemu jodoh, mereka kembali mendatangi Pulau Cinta dengan perahu yang dihiasi kain dan kertas warna-warni bersama pasangannya. Mereka melakukan syukuran bersama kerabat dekat.
Dalam selamatan itu harus dilengkapi sanggar yakni pisang kepok goreng dengan adonan tepung beras dan minuman teh panas.
Mereka datang untuk melepas dan mengambil kembali tali serta benda yang dulu diikatkan di ranting pohon laut.
Ritual ini biasanya digelar pada Juli dan Agustus. Sejumlah wisman dari Australia, Korea Selatan, dan China juga kerap menyaksikan ritual ini.
Ritual adat asal suku Mandar, Sulsel ini kini menjadi ajang wisata tahunan Kota Baru.
Selamatan Laut
Upacara ini dilakukan oleh Suku Bajau di Desa Rampa Lama, Kecamatan Pulau Laut Utara. Dalam acara ini sekelompok Suku Bajau membunyikan gamelan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil tangkapan selama ini.
Masih ada beberapa obyek wisata bahari lainnya di Kota Baru antara lain menikmati Terumbu Karang di Teluk Tamiyang, Kecamatan Pulau Laut Barat.
Obyek yang berjarak sekitar 4 Km dari Ibu Kota Kabupaten Kota Baru ini dapat ditempuh lewat darat, dilanjutkan naik kapal motor. Banyak orang menilai keindahan alam bawah lautnya tak kalah dengan Taman Laut Bunaken, Sulut.
Kalau belum puas, bisa melanjutkan ke Pulau Laut dan Pulau Sebuku yang kerap digunakan wisatawan untuk tempat istirahat.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Obyek wisata bahari yang berhias adat di Kota Baru, Kalimantan Selatan (Kalsel) ada di Pantai Gedambaan yang berjarak 14 km dari Kota Kota Baru.
Di pantai yang lebih dikenal dengan nama Pantai Sarang Tiung ini kerap digelar acara adat Macceratasi yakni acara penyembelihan kerbau, kambing, dan ayam yang kemudian darahnya dialirkan ke laut dengan maksud memberikan darah bagi kehidupan laut.
Warga nelayan setempat yakin dengan melaksanakan adat ini akan mendapatkan rezeki melimpah dari laut.
Sebelum Macceratasi dimulai terlebih dahulu diadakan upacara Tampung Tawar untuk meminta berkah kepada Allah SWT.
Usai pemotongan hewan-hewan tersebut diadakan pelepasan perahu bagang (alat tangkap teri) ke laut dengan memuat beberapa sesembahan yang dilepas beramai-ramai oleh nelayan bagang, baik dari Suku Bugis, Mandar maupun Banjar.
Usai pelepasan bagang, ditampilkan atraksi meniti di atas tali yang biasa dilakukan oleh lelaki Suku Bajau. Atraksi ini pun selalu dipertunjukkan bahkan dipertandingkan pada saat upacara adat Salamatan Leut (Pesta Laut) sebagai pelengkap.
Untuk meramaikan upacara adat ini, biasanya disuguhkan hiburan berupa kesenian hadrah, musik tradisional, dan atraksi pecak silat.
Pantai berpasir putih ini berfasilitas cottage, mushola, kolam pemancingan, dan warung makan serta gazebo dengan tempat duduk-duduk untuk bersantai.
Malasung Manu
Ritual ini biasa diselenggarakan di Pulau Cinta, Pantai Aru, Kecamatan Pulau Laut Selatan. Tempat ini diyakini masyarakat setempat secara turun-temurun sebagai tempat terkabul segala ikrar sepasang kekasih.
Tapi ikrarnya dilakukan dengan duduk di atas kedua batu. Pelakunya bukan cuma sejoli muda-mudi setempat. Namun banyak juga wisatawan yang melakukannya untuk dipertemukan jodohnya.
Pada puncak ritual ini kerap diramaikan dengan beberapa kegiatan seperti sepakbola yang memperebutkan piala bergilir Wakil Gubernur Kalsel.
Di Pulau Cinta seluas 500 meter persegi ini para muda-mudi yang melaksanakan ritual melepaskan sepasang ayam jantan dan betina dari atas dua batu besar, yang terbelah dengan ketinggian sekitar 10 meter dari permukaan laut.
Mereka mengikatkan tali rafia, akar ataupun pita di dahan dan ranting pohon laut, yang tumbuh di atas batu-batu besar. Maksudnya agar mendapatkan jodoh yang abadi.
Tali yang diikatkan tersebut diberi batu ataupun sapu tangan, sebagai tanda keinginannya digantungkan kepada Allah SWT.
Pulau Cinta didominasi batu-batu besar dan sejumlah pohon laut sehingga disebut juga Batu Jodoh. Untuk menjangkaunya muda-mudi mengunakan perahu kelotok sekitar 30 menit dari Pantai Aru.
Bila bertemu jodoh, mereka kembali mendatangi Pulau Cinta dengan perahu yang dihiasi kain dan kertas warna-warni bersama pasangannya. Mereka melakukan syukuran bersama kerabat dekat.
Dalam selamatan itu harus dilengkapi sanggar yakni pisang kepok goreng dengan adonan tepung beras dan minuman teh panas.
Mereka datang untuk melepas dan mengambil kembali tali serta benda yang dulu diikatkan di ranting pohon laut.
Ritual ini biasanya digelar pada Juli dan Agustus. Sejumlah wisman dari Australia, Korea Selatan, dan China juga kerap menyaksikan ritual ini.
Ritual adat asal suku Mandar, Sulsel ini kini menjadi ajang wisata tahunan Kota Baru.
Selamatan Laut
Upacara ini dilakukan oleh Suku Bajau di Desa Rampa Lama, Kecamatan Pulau Laut Utara. Dalam acara ini sekelompok Suku Bajau membunyikan gamelan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil tangkapan selama ini.
Masih ada beberapa obyek wisata bahari lainnya di Kota Baru antara lain menikmati Terumbu Karang di Teluk Tamiyang, Kecamatan Pulau Laut Barat.
Obyek yang berjarak sekitar 4 Km dari Ibu Kota Kabupaten Kota Baru ini dapat ditempuh lewat darat, dilanjutkan naik kapal motor. Banyak orang menilai keindahan alam bawah lautnya tak kalah dengan Taman Laut Bunaken, Sulut.
Kalau belum puas, bisa melanjutkan ke Pulau Laut dan Pulau Sebuku yang kerap digunakan wisatawan untuk tempat istirahat.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar