Memuji Keanggunan Prambanan Usai Dipugar
Sejumlah candi di kawasan Pramba-nan, kembali tampil anggun usai dipugar. Sebelumnya komplek candi Hindu yang diklaim terbesar di Asia Tenggara ini rusak parah akibat gempa 27 Mei 2006 lalu. Kini wisatawan nusantara dan mancanegara terus berdatangan untuk memuji keanggunannya.
Pagi itu, sebelum rombongan Menbudpar Jero Wacik dan Menko Kesra HR Agung Laksono datang meninjau purnapugar sejumlah candi kawasan Prambanan (4/1), saya dan 2 rekan ditemani staf Dirjen Sejarah dan Purbakala (Sepur) Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), sudah lebih dulu bertandang ke Prambanan.
Tujuannya satu, ingin mengabadikan keanggunan Prambanan dalam suasana yang tidak terlalu ramai. Alhasil meski langit di atas Prambanan tak secerah harapan karena berhias awan kelabu, namun pengambilan gambar berjalan lebih santai, teduh, dan cukup sempurna.
Jam di handphone menunjuk angka 7.00 Wib. Namun sepagi itu 2 kelompok turis asal Jepang dan Korea sudah nampak di pelataran Prambanan. Masing-masing ditemani pemandu yang dengan ramah dan secara detail menjelaskan setiap arca dan relief candi dengan bahasa mereka. Di sana, mereka pun tak ketinggalan mengabadikan potret diri berlatar belakang candi-candi Hindu itu.
Jelang siang, wisatawan yang datang semakin banyak. Mereka seolah berlomba ingin memuji sekaligus mengabadikan keanggunan canda-candi Prambanan. Meski tidak semua candi bisa dimasuki pengunjung lantaran masih dalam proses rehabilitasi, seperti Candi Siwa, Wisnu, dan Brahma yang melambangkan trimurti dalam ajaran Hindu. Kendati begitu pengunjung nampak senang bisa memotret atau merekam ketiga candi utama itu dari balik pagar jeruji besi.
“Setelah rehabilitasi ini benar-benar rampung, pengunjung diperbolekan memasuki candi-candi utama,” jelas Murianto Harjuno, pengawas arkeologi unit Prambanan.
Dalam buku berjudul Purna Rehabilitasi Candi Wisnu dan Candi Brahma yang diterbitkan di Yogyakarta, Januari 2010, menyebutkan bahwa akibat gempa Mei 2009, sejumlah candi kawasan Prambanan mengalami kerusakan parah mulai dari retak, melesak, miring hingga runtuh.
Candi Brahma misalnya retak struktur bangunannya dan batuannya banyak yang runtuh terutama pada bagian atap dan pagar langkan. Candi Siwa juga retak struktur bangunannnya terutama di bagian subbasement Barat Daya dan kaki candi bagian Timur Laut serta pergeseran strukur di tangganya.
Kerusakan juga menimpa Candi Wisnu yang mengalami kemelesekan di bagian kaki dan pergeseran di bagian langkan, dan runtuh di sebagian ratna atap. Candi Garuda miring atapnya dan batu-batu ratnanya bergeser serta runtuhnya sejumlah batu di hampir seluruh bangunan kecuali atap III-nya. Candi Nandi kemuncaknya patah secara struktur dan beberapa ratna pagar langkannya runtuh, sedangkan Candi Angsa beberapa ratna atap dan pagar langkannya runtuh dan batu-batunya banyak yang pecah.
Kerusakan juga terjadi di Candi Apit Selatan, Apit Utara, Kelir, dan Candi Patok serta beberapa pagar gapuranya.
Untuk memperbaiki candi-candi Hindu tercantik di dunia tersebut, rehabilitasipun dicanangkan pemerintah. Rehabilitasi pertama kali dilakukan atas Candi Garuda dan Candi pada 2008, lalu Candi Wisnu dan Brahma selama 8 bulan sejak 29 Mei s/d Desember 2009, dan selanjutnnya Candi Angsa dan Apit mulai tahun ini.
Pekerjaan Rehabilitasi
Rehabilitasi Candi Wisnu dan Brahma menelan total biaya Rp 3,5 miliar. Pekerjaan rehabilitasi keduanya dilakukan secara bertahap, mulai dari pemasangan perancah, pembongkaran struktur, pengangkatan dan pengumpulan batu, pembersihan batu secara mekanis kering dengan sikat ijuk atau secara basa dengan penyemprotan air, pendodokan dan penyambungan fragmen batu, pemasangan struktur beton, pemasangan kembali batu, pendokumentasian, dan pembongkaran perancah.
Rehabilitasi dilakukan atas pengawasan para arkeolog dan petugas lainnya. “Kini untuk memelihara dan menjaga candi-candi kawasan Prambanan, ada 35 juru pelihara, 25 petugas keamanan ditambah teknisi arkeologi, tenaga konservasi, dan pengawas arkeologi,” jelas Harjuno.
Usai puas mengabadikan candi-candi Prambanan purnapugar yang berhasil mengembalikan keanggunan Prambanan meski belum seluruhnya, saya pun bergerak menuju Keraton Yogyakarta untuk meliput peresmian purnapugar Bangsal Trajumas dan candi-candi kawasan Prambanan oleh Jero Wacik dan HR Agung Laksono.
Setelah itu saya mengikuti kedua menteri yang didampingi Dirjen Sepur Hari Untoro Dradjat, Dirjen Destinasi Kemenbudpar Firmansyah Rahim dan Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta Herni Pramastuti, meninjau candi-candi Prambanan usai direhabilitasi.
Siang itu, sinar mentari begitu terik. Kedua menteri dan para dirjen-nya dipayungi masing-masing ajudan untuk menghalau sengatan surya. Kendati terik, langit di atas Prambanan justru berwarna biru berarak awan putih senada warna payung yang digunakan rombongan menteri. Dalam peninjauan itu, rombongan menteri sempat memasuki bagian dalam Candi Siwa untuk melihat hasil pemugaran.
Bersamaan peninjauan kedua menteri di kawasan Prambanan, sekelompok wisman asal Eropa nampak berdatangan. Seperti saya, rombongan menteri, wisnus, dan wisatawan dari Asia, mereka pun semula datang untuk melihat dan mengabadikan candi-candi kawasan Prambanan usai dipugar, namun setelah itu sama-sama terpesona dan memuji keanggunannya.
Tips Perjalanan
Anda pun dapat melihat dan memuji keanggunan candi-candi kawasan Prambanan. Datang saja ke Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, sekitar 17 Km dari Kota Yogyakarta atau persis di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah. Lokasinya mudah sekali dijangkau karena berada sekitar 100 meter dari jalan raya. Anda bisa menyewa mobil travel sekalian keliling obyek wisata lain di Jogja.
Komplek candi yang dibangun abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung ini, buka mulai pukul 6.00 s/d 17.000 Wib setiap hari. Tiket masuk untuk wisnus Rp 12.500 per orang pada hari biasa. Untuk wisman tiketnya 11 dollar AS per orang. Pada musim liburan, Anda bisa membeli paket seharga Rp 30.000 per orang untuk berkeliling ke candi-candi kawasan Prambanan dan Ratu Boko dengan transportasi lokal. Harga paket tersebut minimal 5 orang.
Anda juga bisa menyaksikan Sendratari Ramayana yang dikelola PT. Taman Wisata di pelataran Prambanan. Pertunjukan di ruang terbuka (outdoor) berlangsung pada malam hari setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Harga tiketnya Rp 150.000, Rp 200.000, dan VIP Rp 350.000 per orang. Sedangkan pertunjukan di ruang tertutup (indoor) tiketnya Rp 150.000 per orang.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar