Candi di UII, Obyek Wisata Berprosfek Cerah
Belum lagi diketahui bentuk utuh dan ukuran candi yang ditemukan di Universitas Islam Indonesia (UII), DIY, 11 Desember 2009 lalu. Namun kehadirannya terus mengusik keingintahuan sejumlah pihak termasuk wisatawan yang tengah berlibur di Jogja. Candi yang belum dipastikan namanya itu diprediksi bakal menjadi obyek wisata berprosfek cerah.
Arca ganesha yang menghadap ke Barat dan bagian bawahnya masih tertimbun tanah menjadi pusat perhatian puluhan pasang mata, siang itu. Maklum arca berwarna putih gading yang melambangkan dewa ilmu pengetahuan itu terlihat paling menonjol dibanding temuan artefak bersejarah lain di candi yang belum lama ditemukan tersebut.
Siang itu, pintu pagar seng setinggi 1,5 meter yang menutupi areal ekskavasi sengaja dibuka untuk umum. Pasalnya Menbudpar Jero Wacik, datang meninjau lokasi penemuan candi yang mengejutkan itu lantaran berada di areal kampus. Biasanya, areal itu disterilkan dari warga kampus dan sekitar sejak awal candi itu ditemukan.
Alhasil puluhan orang terutama mahasiswa UII bisa leluasa masuk areal eksavakasi. Mereka bukan cuma melihat tapi juga mengabadikan arca ganesha dan temuan lainnya dari bagian atas dengan kamera pribadi maupun ponsel.
Dan ketika rombongan Jero Wacik datang didampingi Dirjen Sejarah dan Purbakala Hari Untoro Dradjat, Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DIY Herni Pramastuti, Rektor UII Edy Suandi Hamid, dan Ketua Yayasan Badan Wakaf UII Lutfi Hasan, semakin ramai orang yang datang. Termasuk sejumlah media yang berebut mengambil gambar Jero Wacik turun ke areal ekskavasi di kedalaman 3,5 meter.
“Candi ini sangat berprosfek sebagai obyek wisata melihat dari temuan-temuan yang ditemukan seperti arca ganesha, lingga yoni, nandi, dan lainnya termasuk relief-relief yang artistik dan filosofis,” jelas Jero Wacik menanggapi pertanyaan salah satu wartawan usai melihat secara langsung bagian kecil dari candi yang menjadi buah bibir belakangan ini.
Namun untuk mewujudkan itu, lanjut Jero Wacik, biarkan tim ekskavasi bekerja menggali candi ini sampai selesai untuk mengetahui bentuknya secara utuh, luasnya termasuk tahun berdiri, dan zaman siapa dibangunnya. “Tim ekskavasi tidak bisa buru-buru bekerja, jadi mahasiswa harap bersabar. Percayalah kita tidak akan merugikan UII, kita harus menyikapi ini dengan bijaksana. Banyak way out-nya,” jelas Jero disambut tepuk tangan hangat mahasisiwa UII.
Two Way Out
Jalan keluar yang dimaksud Jero Wacik dalam penanganan candi yang diperkirakan berlatar belakang agama Hindu ini. Bisa dengan memindahkan perpusatakaan ke lokasi lain namun tetap dibangun perpustakaan yang besar. Alternatifnya, candi ini tetap berada di dalam perpustakaan yang megah, nyaman, dan ber-AC. “Jadi orang bisa membaca buku di perpustakaan sambil melihat candi ini,” jelas Jero Wacik yang diamini Lutfi Hasan.
Yang pasti semua way out tersebut, tambah Jero Wacik, tentunya akan membuat UII jadi semakin terkenal dan banyak turis yang datang. “Ini demi untuk kita semua, bukan untuk saya,” ungkap Jero Wacik disambut applaus meriah.
Lutfi Hasan mengatakan pihaknya sudah memutuskan bila candi ini merupakan bagian dari UII. “Ini sudah menjadi keputusan. Bisa jadi nantinya candi ini berada di depan perpustakaan atau di dalam perpustakaan seperti salah satu way out yang diusulkan Jero Wacik” jelasnya.
Selain beberapa bagian candi utama, tim ekskavasi telah berhasil menemukan bangunan lain yang diduga candi perwara atau candi kendaraan, pendamping candi utama di sebelah Timur candi utama. Ukuran candi perwara itu 6x4 meter. Di tempat itu ditemukan arca nandi atau sapi yang diapit dua tempat persembahan di kiri dan kanan.
Di candi ini juga ditemukan lapik atau alas arca. Menurut Herni penemuan lapik tersebut menjadi nilai lebih candi ini dibanding candi lainnya. “ Dengan adanya lapik tersebut membuat candi ini lebih unik sekaligus indah,” ungkapnya.
Hingga kini, candi yang menyedot perhatian banyak pihak ini, belum memiliki nama pasti. Herni mengusulkan agar candi yang diperkirakan berbentuk bujur sangkar berukuran 6x6 meter ini diberi nama Candi Kimpulan, sesuai nama dusun tempat candi ditemukan. Tapi Edy Suandi menyarankan untuk mengganti nama tersebut dengan nama lain yang lebih bernafaskan pendidikan. “Soalnya di candi itu ditemukan arca ganesha yang merupakan dewa ilmu pengetahuan, dan lokasinya juga di areal kampus,” terang Edy.
Apapun namanya, yang pasti candi yang diperkirakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno (abad IX-X M) ini telah melambungkan nama UII. Dan bila dikelola dengan baik, pastinya bisa menjadi obyek wisata yang berprosfek cerah sebagaimana candi-candi pendahulunya seperti Candi Borobudur dan Prambanan. Sampai tulisan ini dipublish, tim ekskavasi menemukan bangunan kotak dari batu yang diperkirakan bekas sumur.
Tips Perjalanan
Candi yang untuk sementara dinamakan Candi Kimpulan ini berada di areal Kampus UII Terpadu, Jalan Kaliurang, Km 14,5, Dusun Kimpulan, Kelurahan Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tak sulit menjangkaunya dengan kendaraan umum seperi bis khusus mahasiswa UII, kendaraan pribadi maupun mobil travel.
Bila Anda ingin melihatnya, sebaiknya bersabar. Biarkan tim ekskavasi bekerja hingga seluruh candi berhasil digali dan dipugar sempurna. Nanti kalau sudah dibuka untuk umum, Anda bisa dengan leluasa melihat dan mengabadikannya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar