Ayam Tangkap Versus Ayam Tsunami
Selagi berada di Aceh, coba nikmati menu ayam gorengnya yang punya citra rasa dan penyajian yang berbeda. Kalau di tempat asalnya Aceh, menu ini diberi nama Ayam Tangkap, tapi di Jakarta diberi label Ayam Tsunami. Apa bedanya?
Ayam Tangkap khas Aceh mudah dijumpai di sejumlah rumah makan besar maupun kecil yang ada di Banda Aceh dan sejumlah daerah lain. Kendati sama-sama digoreng, namun menu berbahan utama ayam kampung ini memiliki pengolahan dan penyajian yang berbeda dengan ayam goreng lainnya.
Menurut Ita, kasir Rumah Makan Cute Dek di Aceh Besar yang juga kerap memasak Ayam Tangkap mengatakan proses pengolahan menu inip sangat sederhana.
Sebelum perempuan berjilbab ini menjelaskan lebih jauh mengenai proses masaknya, dia menjelaskan mengapa menu tersebut di Aceh dinamakan Ayam Tangkap. “Dulu sebelum memasak menu ini, orang sering menangkap ayam kampung yang dipelihara di pekarangan rumah. Setelah tertangkap ayam itu dipotong, oleh karenanya dinamakan Ayam Tangkap,” jelasnya.
Setelah dipotong-potong, lanjut Ita, daging ayam tersebut direndam dengan air kelapa ditambah garam dan ketumbar serta bumbu khas Aceh. Setelah meresap, baru kemudian digoreng sampai garing dengan daun kari atau daun salam koja dan daun pandan yang sudah dipotong-potong serta irisan bawang merah. Setelah masak, disajikan dalam piring ceper besar.
Menu Ayam Tangkap ini kalau di Jakarta dinamakan Ayam Tsunami. Begitu menurut Muhammad Ali Adam, pemilik Rumah Makan Aceh Baru, salah satu rumah makan khusus penyedia masakan Aceh di Jakarta.
Dinamakan Ayam Tsunami, lanjut Ali, karena cara menghidangkannya terlihat seperti banyak ‘sampah’nya karena banyak daunnya. Proses pengolahan Ayam Tsunami ini, lanjut Ali, sama seperti pembuatan ayam goreng pada umumnya. "Khusus Ayam Tsunami, ayam dipotong-potong kecil dan diberi bumbu-bumbu khas Aceh. Kemudian ayam ‘diungkep’ atau direbus dengan air yang tidak terlalu banyak lalu diaduk dengan bumbu-bumbu khas Aceh," jelasnya.
Potongan ayam didiamkan sebentar, sampai bumbunya meresap, kemudian digoreng ke dalam wajan berisi minyak yang sudah mendidih. Setelah matang dengan ciri warnanya menjadi agak kecoklatan, lalu ditaburi irisan bawang, daun pandan, daun jeruk nipis, dan daun sereh. Karenanya banyaknya dedaunan yang dimasukkan ke dalam menu ini maka dinamakan Ayam Tsunami, yakni ayam goreng kecil-kecil yang penuh sampah seperti terlihat dulu saat Aceh diterjang tsunami.
Tips Perjalanan
Kalau Anda ingin mencicipi Ayam Tangkap di Aceh, datanglah ke Rumah Makan Cut Dek di Jalan Banda Aceh-Lambaro Km 4 atau ke Rumah Makan Aceh Rayeuk di Jalan Soekarno-Hatta, Aceh Besar, tepatnya di seberang The Pade Hotel. Pilihan lain ke Restoran Banda Seafood di Jalan Raya Kp. Blang, Ulee Lheue, Banda Aceh. Di resto ini Anda bisa menikmati pemandangan matahari tenggelam, karena lokasinya tak jauh dari pantai.
Seporsi Ayam Tangkap di Rumah Makan Cut Dek Rp 60.000. Selain itu masih ada aneka makanan khas Tanah Rencong lainnya seperti Ikan Kayu Tumis Rp 10.000, Sambal Asam Udang Rp 10.000, Gule Kari Rp 20.000, Sate Matang Rp 15.000, Tiram Tumis Rp 12.000, Sayur Bliu (daun melinjo) Rp 10.000, dan Gule Udang Rp 12.000.
Bila ingin menikmati Ayam Tsunami di Jakarta, Anda bisa mengunjungi Rumah Makan Aceh Baru yang menjadi langganan para pesohor dan artis ibukota. Lokasinya berada di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Seporsi kecil Ayam Tsunami di rumah makan ini Rp 30.000, jauh lebih murah.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelpuls@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar