Selasa, 29 Desember 2009

Wisman 2009 Naik 0,4 %, 2010 Target 7 Juta



Kunjung-an wisata-wan manca-negara (wisman) yang masuk ke Indonesia selama 2009 berdasarkan data BPS sebanyak 6.459.000 orang. Jumlah itu naik naik 0,4 % dibanding 2008 sekaligus melebihi target. Jumlah tersebut belum termasuk kunjungan wisman di ujung tahun, tanggal 30 dan 31 Desember ini.

Demikian disampaikan Menbudpar Jero Wacik saat jumpa pers akhir tahun di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), Jakarta, siang ini (30/12). “Tanggal 30 dan 31 Desember masih banyak wisman yang akan datang ke sejumlah destinasi di Indonesia, jelas jumlah wisman akan bertambah,” kata Jero Wacik.

Dari jumlah kunjungan wisman 2009 tersebut, menghasilkan devisa sebesar Rp 6,4 triliun. “Yang lebih membanggakan lagi pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) selama 2009 sebanyak 229,95 juta orang dengan menghasilkan devisa Rp 128,77 triliun,” kata Jero Wacik.

Tingginya frekuensi orang Indonesia yang berpergian dan berwisata di dalam negeri karena banyak faktor, antara lain kondisi keamanan yang semakin membaik, Pemilu yang berjalan aman, dan lainnya.

Melihat keberhasilan itu, program Visit Indnonesia Year untuk tahun 2010 akan dilanjutkan dengan target 7 juta wisman.

Namun di balik kelebihan itu, ada kekurangan selama 2009. “Saya kurang memperhatikan nilai-nilai budaya. Oleh karena sesuai perintah Presiden SBY, saya dan Mendiknas akan memasukkan nilai-nilai budaya dalam kurikulum Sekolah Dasar mulai 2010," jelas Jero Wacik.

Hadir dalam jumpa pers akhir tahun pejabat Eselon 1 Kemenbudpar, stakeholder industri pariwisata, budayawan, dan seniman antara lain Putu Wijaya, Tio Pakusadewo, dan Titi Sjuman.

Tahun Kunjung Museum
Pada hari dan tempat yang sama, Jero Wacik mencanangkan Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) melalui Tahun Kunjung Museum (TKM) 2010, didampingi Dirjen Sejarah dan Purbakala, Kemenbudpar Hari Untoro "Program TKM ini bertujuan untuk meningkatkan wisatawan, baik wisnus maupun wisman pada tahun 2010," kata Jero Wacik.

TKM ini mengawali GNCM yang berlangsung dari 2010 sampai 2014. Lokasi penyelenggaraannya di Museum seluruh Indonesia namun untuk prioritasnya akan diselenggarakan di 7 provinsi yakni DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Utara.

Adapun kegiatan GNCM melalui TKM 2010 ini terbagai dua. Kegiatan yang berskala nasional antara lain pemilihan Duta Museum untuk TKM 2010, launching TKM di 7 wilayah, pameran, festival, lomba, press tour, dan revitalisasi museum. Sedangkan kegiatan yang berskala internasional antara lain pameran khasanah Sumatera bekerjasama dengan Museum Civilization Singapura, workshop konservasi koleksi museum dengan CCF de Jakarta, dan workshop penyajian koleksi museum bekerjasama dengan Unesco.


Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Durian Medan + Boh Drien Aceh



Sama-sama durian. Buahnya berkulit tebal, berduri, dan beraroma khas. Tapi soal kenikmatannya belum tentu sama. Durian Medan dan Aceh misalnya, meski keduanya berada di satu pulau yakni Sumatera dan letaknya pun berdekatan, namun rasa, ukuran, dan cara makan duriannya pun berbeda.

“Makan Durian Medaaaaan,” begitu teriak rekan-rekan serempak begitu tahu ada waktu luang sekitar 3 jam saat pesawat transit di Bandara Polonia, Medan sebelum melanjutkan penerbangan ke Bandara Iskandar Muda, Banda Aceh dalam rangka meliput acara peringatan 5 tahun tsunami di Banda Aceh yang puncak acaranya berlangsung 26 Desember lalu.

Betty Anita, Kasi Asosiasi Luar Negeri Direktorat MICE, Depbudpar yang menjadi kepala rombongan, langsung memesan 2 mobil rental selama 2 jam di bandara tua itu untuk keliling Kota Medan mencari dan menikmati Durian Medan.

Mobil pun meluncur ke dalam Kota Medan dan akhirnya berhenti di Jalan Sultan Iskandar Muda, tempat mangkal salah satu penjual Durian Medan terkenal di Ibukota Provinsi Sumatera Utara itu.

Di jalan itu, tepat di depan deretan ruko dan di samping halte ada plang bertuliskan Ucok Durian berukuran panjang 2 meter, lengkap dengan nomor handphone untuk pemesanan.

Di samping deretan durian, dekat halte, terpampang beberapa tulisan koran tentang Durian Medan dan profil sukses pedagangnya ini, yang tersimpan dalam 7 bingkai kaca. Di bawah bingkai-bingkai tulisan tersebut, ada whiteboard yang memuat daftar pemesan Durian Medan dari berbagai tempat.

Sewaktu kami tiba, seorang anak muda yang kemudian kami panggil abang itu tengah membelah durian satu per satu lalu isinya dimasukkan ke dalam kotak plastik. “Ini sudah dipesan, isi per kotak-nya bisa memuat 20 durian, harga satu kotaknya 175 ribu rupiah dan aman dibawa naik kapal terbang karena sudah dibungkus rapat,” jelasnya.

Betty pun langsung memesan beberapa durian seharga Rp 15.000 per buahnya. Tak lama kemudian pesanan itu datang. Pesta durian pun berlangsung. Rekan-rekan perempuan nampak lebih ‘bersemangat’ menyantap durian dibanding rekan-rekan pria. Betty, Lina, Hani, Ika, dan Melati begitu menikmatinya sampai tak mau beranjak dari kursi plastik yang disediakan pedagangnya. Cuma rekan Hilda yang nampak kurang bernafsu menyantapnya, terlebih Ida dan Asep yang memang diet durian.

Durian Medan yang kami santap luar biasa nikmat. Isi dagingnya tebal, bijinya kecil, rasanya manis, dan baunya harum. Belasan Durian Medan pun habis dalam hitungan menit, padahal belum makan siang.

Setelah merasakan Durian Medan di kotanya langsung, kami jadi yakin kenapa buah berduri ini begitu tersohor dan kerap direkomendasikan oleh pelancong usai berlibur ataupun berbisnis di kota terpadat di Sumatera itu.

Pakai Ketan
Belum puas menikmati durian Medan, ketika berada di Banda Aceh, rekan-rekan ‘mengancam’ makan durian lagi tapi Durian Aceh. Usai berwisata gerilya di daerah Pucuk Krueng, Lhok Nga, Aceh Besar, malamnya rekan-rekan mencari durian khas Bumi Iskandar Muda ini.

Ismail, staf Pengembangan Usaha Pariwisata dan Jufri, staf Pemasaran Disbudpar Provinsi Aceh yang setia menemani kami selama berkeliling di sejumlah obyek wisata di Aceh Besar dan Banda Aceh, menunjukkan dimana biasanya pedagang Durian Aceh berjualan.

Dengan Bus Damri yang disopiri Saidi dan menjadi kendaraan kami selama keliling Tanah Rencong ini, kami meluncur menuju Simpang BPKP, tepatnya di Jalan P. Nyak Makam, Banda Aceh. Di sana ada beberapa penjual Durian Aceh. Durian dalam Bahasa Aceh disebut Boh Drien. Harganya Rp 15.000 per buah.

Karena ada dua penjual durian yang berdekatan, kami pun membagi dua kelompok biar adil bagi-bagi rezeki. Satu kelompok pria menyantap durian di pedagang dekat simpangan. Sedangkan kelompok perempuan mengambil tempat di pedagang durian depan kedai kopi.

Di tempat rekan perempuan menyantap Durian Aceh, ada wanita setengah baya yang menjajakan ketan panggang sebagai teman makan Durian Aceh. Harga ketannya Rp 2.000 per bungkusnya.

Belasan buah durian habis kami santap, di antara hujan gerimis. Ada yang rasanya manis, ada juga yang hambar. Ukuran buahnya pun lebih kecil dan daging buahnya tak setebal Durian Medan.

Kendati begitu, ada yang unik dari cara makannya. Kalau di Banda Aceh, durian matang biasanya disantap dengan ketan putih panggang yang dibungkus daun pisang seperti bungkusan penganan otak-otak. Tapi ada juga yang menyantapnya tanpa ketan.

Meski berbeda rasa dan isi, tetap saja Durian Medan dan Boh Drien Aceh menggoda siapapun terlebih bagi penggila durian. Bukan cuma itu, kedua buah khas tropis ini pun mampu menarik orang untuk datang kembali ke Medan selain mencicipi Bika Ambonnya maupun ke Banda Aceh selain minum kopi tariknya.

Tips Menyantap Durian
Sebaiknya membeli durian pas sedang musimnya karena lebih banyak yang menjual, dan harganya juga lebih murah dibanding sedang tak musim.

Pilihlah durian yang matang di pohon karena rasanya lebih manis, enak, dan fresh, bukan hasil karbitan. Tanyakan terlebih dulu ke pedagangnya, jenis dan rasa durian yang akan Anda santap. Coba dulu satu buah untuk dibelah. Bila manis, ambillah dan mintalah buah yang serupa.

Makanlah perlahan, jangan terburu-buru. Bagi yang memiliki penyakit stroke dan maag berat, sebaiknya makan sekadarnya saja.

Selepas makan durian, sebaiknya minum air putih yang ditempatkan di kulit durian bagian dalam. Sebelum diminum, airnya diaduk-aduk biar getah di kulit bagian dalam durian itu tercampur. Khasiatnya selain melepas haus juga mampu menghilangkan rasa panas dan bau durian yang keras.

Bila ingin membawa pulang durian sebagai oleh-oleh dengan naik pesawat, sebaiknya buahnya dikemas dalam kotak plastik dan dibungkus rapi dan rapat agar baunya tidak menyebar kemana-mana.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Senin, 28 Desember 2009

Ayam Tangkap Versus Ayam Tsunami




Selagi berada di Aceh, coba nikmati menu ayam gorengnya yang punya citra rasa dan penyajian yang berbeda. Kalau di tempat asalnya Aceh, menu ini diberi nama Ayam Tangkap, tapi di Jakarta diberi label Ayam Tsunami. Apa bedanya?

Ayam Tangkap khas Aceh mudah dijumpai di sejumlah rumah makan besar maupun kecil yang ada di Banda Aceh dan sejumlah daerah lain. Kendati sama-sama digoreng, namun menu berbahan utama ayam kampung ini memiliki pengolahan dan penyajian yang berbeda dengan ayam goreng lainnya.

Menurut Ita, kasir Rumah Makan Cute Dek di Aceh Besar yang juga kerap memasak Ayam Tangkap mengatakan proses pengolahan menu inip sangat sederhana.

Sebelum perempuan berjilbab ini menjelaskan lebih jauh mengenai proses masaknya, dia menjelaskan mengapa menu tersebut di Aceh dinamakan Ayam Tangkap. “Dulu sebelum memasak menu ini, orang sering menangkap ayam kampung yang dipelihara di pekarangan rumah. Setelah tertangkap ayam itu dipotong, oleh karenanya dinamakan Ayam Tangkap,” jelasnya.

Setelah dipotong-potong, lanjut Ita, daging ayam tersebut direndam dengan air kelapa ditambah garam dan ketumbar serta bumbu khas Aceh. Setelah meresap, baru kemudian digoreng sampai garing dengan daun kari atau daun salam koja dan daun pandan yang sudah dipotong-potong serta irisan bawang merah. Setelah masak, disajikan dalam piring ceper besar.

Menu Ayam Tangkap ini kalau di Jakarta dinamakan Ayam Tsunami. Begitu menurut Muhammad Ali Adam, pemilik Rumah Makan Aceh Baru, salah satu rumah makan khusus penyedia masakan Aceh di Jakarta.

Dinamakan Ayam Tsunami, lanjut Ali, karena cara menghidangkannya terlihat seperti banyak ‘sampah’nya karena banyak daunnya. Proses pengolahan Ayam Tsunami ini, lanjut Ali, sama seperti pembuatan ayam goreng pada umumnya. "Khusus Ayam Tsunami, ayam dipotong-potong kecil dan diberi bumbu-bumbu khas Aceh. Kemudian ayam ‘diungkep’ atau direbus dengan air yang tidak terlalu banyak lalu diaduk dengan bumbu-bumbu khas Aceh," jelasnya.

Potongan ayam didiamkan sebentar, sampai bumbunya meresap, kemudian digoreng ke dalam wajan berisi minyak yang sudah mendidih. Setelah matang dengan ciri warnanya menjadi agak kecoklatan, lalu ditaburi irisan bawang, daun pandan, daun jeruk nipis, dan daun sereh. Karenanya banyaknya dedaunan yang dimasukkan ke dalam menu ini maka dinamakan Ayam Tsunami, yakni ayam goreng kecil-kecil yang penuh sampah seperti terlihat dulu saat Aceh diterjang tsunami.

Tips Perjalanan
Kalau Anda ingin mencicipi Ayam Tangkap di Aceh, datanglah ke Rumah Makan Cut Dek di Jalan Banda Aceh-Lambaro Km 4 atau ke Rumah Makan Aceh Rayeuk di Jalan Soekarno-Hatta, Aceh Besar, tepatnya di seberang The Pade Hotel. Pilihan lain ke Restoran Banda Seafood di Jalan Raya Kp. Blang, Ulee Lheue, Banda Aceh. Di resto ini Anda bisa menikmati pemandangan matahari tenggelam, karena lokasinya tak jauh dari pantai.

Seporsi Ayam Tangkap di Rumah Makan Cut Dek Rp 60.000. Selain itu masih ada aneka makanan khas Tanah Rencong lainnya seperti Ikan Kayu Tumis Rp 10.000, Sambal Asam Udang Rp 10.000, Gule Kari Rp 20.000, Sate Matang Rp 15.000, Tiram Tumis Rp 12.000, Sayur Bliu (daun melinjo) Rp 10.000, dan Gule Udang Rp 12.000.

Bila ingin menikmati Ayam Tsunami di Jakarta, Anda bisa mengunjungi Rumah Makan Aceh Baru yang menjadi langganan para pesohor dan artis ibukota. Lokasinya berada di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Seporsi kecil Ayam Tsunami di rumah makan ini Rp 30.000, jauh lebih murah.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelpuls@yahoo.com)

Berwisata Gerilya di Bekas Jalur GAM



Wajah pariwisa-ta Aceh berubah pasca-konflik dan tsunami. Selain sejumlah obyek tsunaminya, belakangan hadir wisata gerilya menyusuri jalur yang pernah dipakai para pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) selama bertikai. Kagum, menantang, dan pastinya menguras peluh berpadu satu saat menjajal jalur bersejarah ini.

Dua hari sebelum meliput peringatan 5 tahun tsunami di Ulee Lheue, Banda Aceh, Provinsi Aceh (26/12), rombongan media dari Jakarta yang dibawa oleh Direktorat MICE, Depbudpar berkesempatan mengunjungi beberapa obyek wisata di Kabupaten Aceh Besar yakni Waduk Keuliling di Kecamatan Kuta Cot Glie dan Masjid Indrapuri di Desa/Kecamatan Indrapuri pada hari pertama serta menjajal bekas jalur GAM yang dikemas dalam sebuah perjalanan wisata gerilya Pucuk Krueng di Kecamatan Lhok Nga pada hari kedua.

Semula obyek tujuan pada hari kedua adalah Sabang, Pulau Weh. Lantaran cuaca laut kurang mendukung dan tidak ada kapal ferry yang berangkat ke tujuan, akhirnya batal dan kemudian diganti ke Pucuk Krueng.

Sewaktu Betty Anita, Kasi Asosiasi Luar Negeri, Direktorat MICE, Depbudpar yang membawa rombongan media Jakarta ke Aceh untuk meliput peringatan 5 tahun tsunami bilang akan berwisata gerilya sebagai pengganti ke Sabang, saya sempat bertanya-tanya dalam hati tentang obyek tersebut? Dan ketika saya tanyakan obyek gerilya yang dimaksud kepada dua rekan saya yang tinggal dan bekerja di Banda Aceh, mereka tidak mengetahuinya.

Padahal paket wisata gerilya Pucuk Krueng yang dikelola oleh Aceh Explorer sudah dipasarkan sejak dua tahun silam lebih. Rupanya karena promosinya sangat minim, nama obyek dan paketnya belum dikenal secara luas bahkan oleh warga Banda Aceh sendiri.

Kendati belum terkenal, namun paket wisata gerilya ini sudah diminati turis mancanegara. “Sejak dipasarkan Juni 2007 sampai sekarang sudah sekitar 100 turis mancanegara terutama dari Jerman, Australia, Belanda, dan Amerika Serikat yang membeli paket gerilya ini,” jelas Mendel (42) pengelola obyek ini yang asli Belanda dan beristrikan wanita Aceh.

Menurut Kabid Promosi & Pemasaran Disbudparkot Banda Aceh Muhammad Yusuf, obyek wisata gerilya Pucuk Krueng merupakan obyek kerjasama Basajan (Banda Aceh-Sabang-Jantho). “Paket wisata gerilya ini bisa dipadukan dengan paket-paket wisata lain yang ada di Banda Aceh, Sabang dan juga Jantho, Ibukota Kabupaten Aceh Besar karena letaknya tidak begitu saling berjauhan,” jelas Yusuf.

Menyusuri Sungai Hijau
Dari bibir Krueng (sungai) Raba, Lhok Nga, rombongan menaiki 2 perahu kayu bermotor menyusuri sungai yang berair tenang kehijauan. Dari tempat titik start ini, mata ini sudah dimanjakan dengan panorama indah berupa sungai berair bersih, dengan lebar sungai sekitar 100 meter.

Di tepi sungai beberapa perahu kayu berwarna cerah bersandar dan di seberang sungai deretan pohon cemara berjejer rapih. Sedangkan di sebelah kiri dari kejauhan nampak jelas deretan bukit hijau yang seolah memanggil-manggil untuk didaki, dan di sebelah kanan terbentang muara Krueng Raba dan hamparan laut yang seakan melambaikan tangan menanti untuk diarungi.

Perahu lalu melaju melewati beberapa jembatan lama yang tinggal pondasi karena tersapu tsunami dan juga melewati bawah jembatan yang baru dibangun pasca tsumani. Perahu terus melaju mengikuti kontur sungai yang meliuk-liuk bak badan ular raksasa, melewati tanaman bakau, nipah, dan aren. Saat melewat aliran berbatu, nahkoda perahu mencurahkan keahliannya mengemudikan perahu, ke kiri dan ke kanan supaya lambung perahu tidak terbentur bebatuan di dasar sungai.

Sebelum tiba di deretaan tebing terjang, kami sempat melihat biawak sepanjang sekitar 1 meter yang sedang berenang di tepian suangi. “Kalau lagi beruntung, kita juga bisa melihat monyet bergelantungan di pepohonon di tepi sungai,” jelas Yusuf.

Entah sudah berapa kali saya dan rekan di satu perahu menguras air yang masuk perahu karena ternyata lambung perahu bocor sejak awal perjalanan. Nahkoda dan beberapa pemandu yang juga prajurit GAM terlihat tenang-tenang saja. Tapi buat saya dan teman yang membawa kamera, kondisi itu jelas bikin cemas. Takutnya perahu oleng lalu perlahan tenggelam hingga menjatuhkan penumpangnya termasuk kamera kesayangan.

Untunglah, penyusuran sungai tenang itu selesai di ujung hulunya tanpa ada kejadian mengkhawatirkan. Deretan tebing terjang kecoklatan dan keputihan dengan pepohonan rimbun, menyambut kedatangan rombongan.

Selanjutnya rombongan langsung beranjak ke sumber mata air Pucuk Krueng berupa gua berair tanah. Tak begitu sulit mencapainya seperti saat rombongan menuju sebuah makam ulama yang ada di obyek tersebut.

Tapi lain halnya dengan jalur yang rombongan lalui ketika hendak menjajal bekas jalur GAM dengan cara melintasi medan terjal. Perlu kewaspadaan dan tentu saja mental baja selain fisik yang kuat. Beberapa rekan yang merasa tidak mampu akhirnya mengundurkan diri, cukup sampai makam lalu kembali ke bawah tempat beristirahat.

Sisanya, beserta pemandu dari Aceh Explorer yang di antaranya adalah prajurit GAM memandu kami menapaki sedikit demi sedikit medan terjal bahkan kadang memanjat tanpa bantuan tali (scrimbing). Peluh pun tak terbendung lagi, terus mengucur deras dari kepala dan seluruh badan hingga membasahi pakaian dalam dan luar.

Di sela-sela pendakian, dua prajurit GAM yang memandu rombongan yakni Dede yang berperawakan agak gempal bak tentara India dan Merizal yang berbadan lebih kurus namun tegap, menceritakan pengalamannya serta menunjukan beberapa titik yang pernah disinggahi selama 3 tahun berbasis di jalur ini. “Itu ceruk batu tempat saya beristrihat,” jelas Merizal yang mengaku lengan tangannya pernah terserempet peluru saat baku tembak sambil menunjuk sebuah ceruk gua yang dimaksudnya.

Lain lagi dengan Dede yang sejak dulu bercita-cita menjadi tentara nasional ini. Dia mengaku jalur ini penuh kenangan yang tak mungkin terlupakan sepanjang hayat di badan. Meski kini sudah tak lagi berperang, Dede senang bisa memandu paket wisata menapaki bekas jalur yang dulu sering dilaluinya. “Bagi saya, ini seolah seperti napak tilas,” kenangnya.

Pascaperdamaian, Dede mengaku lebih bersyukur lagi. Dia justru punya banyak sahabat dekat dengan TNI dan polisi. “Hubungan kami dan TNI sangat baik,” katanya sambil mengaitkan dua telunjuknya tanda persahabatan yang erat.

Disambut Angin Hutan
Ada kejadian menarik sebelum kami sampai di puncak tebing. Saat saya beristirahat menemai Betty dan Lina, dua rekan wanita yang tak mau menyerah menapaki jalur terjal tersebut hingga puncak, tiba-tiba angin hutan berhembus cukup lama. Rasanya bena-benar sejuk dan hening, seolah menyambut kedatangan kami. Kejadian serupa terjadi saat kami menuruni puncak, seolah angin tersebut ingin melepas kepergian kami.

Setiba di bawah puncak, kami beristirahat sejenak di tanah yang agak datar. Beberapa rekan ada yang sudah melihat dan mengabadikan panorama dari puncak. Sementara yang baru datang memilih beristirahat.

Tak disangka pemandu kami membawa bekal makan siang berupa nasi bungkus berisi Nasi Gurih khas Aceh yang rasanya begitu nikmat seperti Nasi Uduk Jakarta dengan menu telur bulat, tumis, dan sambal. Kami pun makan bersama yang nikmatnya dan atmosfirnya melebihi makan di restoran mahal. Seperti sedang bergerilya, makan dan tinggal seadanya.

Selepas makan siang, saya langsung menuju puncak mengabadikan gambar, disusul Betty, Idris, dan juga Lina yang sebelumnya menyempatkan diri shalat zuhur di tanah datar, dekat tempat kami beristirahat.

Dari puncak Pucuk Krueng, terpampang pemandangan yang memesona. Liukan Krueng Raba jelas terlihat menuju laut. Pemukiman penduduk di pesisir Aceh Besar, deretan perbukitan dan juga Kota Banda Aceh juga nampak di kejauhan.

Setelah kami berfoto bersama, lalu secara beriringan menuruni puncak lewat jalur yang berbeda alias melintas sambil membawa satu kantung plastik besar berisi sampah bungkusan nasi dan botol air mineral. Jalurnya memang tak seberat saat mendaki namun di beberapa titik, medannya cukup curam. Sampai beberapa rekan terpaksa menggunakan pantatnya untuk menuruni medan tersebut.

Usai menapaki jalur bekas GAM selama sekitar 3 jam naik turun di jalur yang berbeda, akhirnya rombongan tiba di sumber mata air Pucuk Krueng, tempat rekan lain yang tidak ikut, menunggu dan beristirahat. Waktu tempuh itu jelas tak sama bila dilakoni prajurit GAM. Menurut Merizal berdasarkan pengalamannya, jalur tersebut biasa didakinya sekitar 15 menit pada malam hari tanpa bantuan lampu penerang.

Meski cukup lama dan menguras tenaga, namun aura kepuasan berbalut kelelahan nampak terpancar dari wajah rekan-rekan yang telah berhasil menapaki bekas jalur GAM yang terasa spesial itu. Maklum saja, jalur ini cuma ada di Aceh, dan tak mungkin ditemukan di belahan dunia lain. Jadi ada kebanggaan tersendiri karena bisa merasakan dan berhasil menapakinya, meski harus bermandi keringat.

Tips Perjalanan
Pucuk Krueng berada sekitar 15 Km dari Banda Aceh atau sekitar 20 menit dengan kendaraan roda empat. Belum ada kendaraan umun untuk menuju ke lokasi. Dari dermaga kecil di Lhok Nga masih sekitar 4 Km, bisa dengan perahu kayu bermotor atau menyewa labi-labi (angkot). Obyek ini cocok buat Anda yang suka berwisata petualangan.

Bila tak mau repot, beli saja paket wisata gerilya Pucuk Kreung yang ditawarkan Aceh Explorer. Harga paket wisata minat khusus ini Rp 850.000 per orang untuk pergi pulang atau satu hari. Paket tersebut sudah termasuk pemandu, 1 kali makan siang, dan transportasi lokal menuju lokasi. Bila berkelompok minimal 7 orang harga paketnya Rp 500.000 per orang. Kalau cuma treking ke mata air dan makam, cuma Rp 400.000 per orang.

Sebaiknya mengenakan kaos lengan panjang berbahan katun yang mudah menyerap keringat agar terhindar dari gigitan nyamuk. Dan memakai sepatu atau sandal lapangan khusus treking.

Jangan berjalan sendirian, sebaiknya mengikuti petunjuk pemandu, mengingat jalur trekingnya cukup terjal dan curam. Dan jangan lupa membawa kembali sisa sampah agar jalur tersebut tetap asri.

Yang perlu diperhatikan pengelola, sebaiknya membuat tempat sampah di tempat peristirahatan atau di bawah lokasi tebing untuk memudahkan pengunjung membuang sampah di tempatnya. Pengelola juga harus memperhatikan kondisi perahu motor yang akan digunakan untuk menyusuri sungai ke Pucuk Kreung. Sebaiknya perahunya tidak bocor dan penumpangnya dilengkapi life jacket.

Untuk lokasi bermalam ada beberapa penginapan di Aceh Besar, antara lain The Pade Hotel yang berada di Jalan Soekarno-Hatta, Desa Daroy Kameu, Kecamatan Darul Imarah. Hotel berarsitektur mediterian ini, berada sekitar 15 dari Bandara Sultan Iskandar Muda atau 10 menit dari Banda Aceh.

Untuk tempat makannya, bisa ke Rumah Makan Cut Dek di Jalan Banda Aceh-Lambaro Km 4 atau ke Rumah Makan Aceh Rayeuk di seberang The Pade Hotel. Menu yang ditawarkan bermacam makanan khas Tanah Rencong seperti Ayam Tangkap, Ikan Kayu Tumis, Sambal Udang, Gule Kambing, Sate Matang, Ikan Bakar Rambeu, Cah Kangkung, serta aneka minuman jus, dan air kelapa.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Minggu, 27 Desember 2009

Intip Masjid-Masjid Ajaib Kebal Tsunami



Tak semua bangun-an di pesisir Aceh yang hancur luluhlantah oleh gempa dan hempasan tsunami 5 tahun silam. Buktinya, masih ada yang tetap berdiri kokoh alias kebal tsunami hingga membuahkan kekaguman tersendiri. Salah satunya adalah masjid.

Di Banda Aceh, Ibukota Provinsi Aceh misalnya, ada Masjid Baiturrahim yang merupakan satu-satunya bangunan di pinggir Pantai Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa yang tetap berdiri kokoh meski diterjang gelombang dasyat tsunami. Sementara bangunan rumah dan lainnya rata dengan tanah.

Berkat keperkasaan masjid yang berada dekat kuburan massal ini dari amukan gempa dan tsunami, kini banyak wisatawan yang berdatangan untuk sekadar mengetahui kisah keperkasaannya atau keajaibannya itu. Ada juga yang sengaja datang untuk melihat dan memotret arsitekturnya maupun melakukan ibadah shalat dan lainnya.

Setelah direnovasi, masjid yang beriri tahun 1342 Hijriah itu tampil cantik dengan ornamen klasik bercat putih dan krem, lengkap dengan menara di sebelah kanan bangunan utama dan dua gapura di depan masjid.

Di depan gapura masjid ini, ada plang persegi empat berwarna putih dengan tulisan hitam berbahasa Indonesia, Arab, dan Inggris yang berbunyi “Perhatian: Anda memasuki kawasan wajib mengenakan busana muslim/muslimah”.

Di depan sebelah kiri masjid ini, ada sebuah Koperasi Anak Yatim yang menjual beragam souvenir dan oleh-oleh khas Aceh seperti aneka kerajinan dari rotan, tas, rencong, kopiah, bros, kopi Aceh, kopi Gayo, dan lainnya.

Yang juga menarik perhatian, di depan sebelah kiri koperasi ini ada plang bercat biru bertuliskan Zona Bahaya Tsunami lengkap dengan gambar orang sedang berlari ke bukit menghindari riak tsunami. Di bawah gambarnya, ada tulisan putih dalam bahasa Aceh dan Indonesia yang berbunyi meunyoe geumpa rayeuk plung laju ke teumpat yang manyang, bek to laot yang artinya “jika terjadi gempa segera menjauhi pantai/lari ke tempat yang tinggi”.

Masih Jadi Ikon
Masjid Baiturrahman di pusat Banda Aceh yang letaknya agak jauh dari pantai juga tak luput dari terjangan tsunami ketika itu. Namun masjid ini bukan cuma tetap kokoh tapi juga berhasil menyelamatkan sejumlah orang dari amukan gelombang air laut kala itu.

Berdasarkan pantauan Travelplusindonesia sebelum menghadiri peringatan 5 tahun tsunami di Banda Aceh (26/12) bersama rombangan media yang dibawa oleh Direktorat MICE, Depbudpar, kondisi masjid yang dibangun tahun 1292 atau abad ke 13 ini semakin baik. Perbaikan dilakukan disana-sini hingga kini tampil lebih bersih dan anggun.

Uniknya ratusan burung kecil justru semakin banyak yang bermalam di masjid ini, terutama di bagian depan masjid, termasuk di dinding tempat jam besar bulat menempel. Burung-burung tersebut berdatangan jelang malam.

Pengunjungnya pun tetap ramai, baik jamaah yang ingin shalat maupun wisatawan lokal yang berwisata atau melakukan pengambilan foto prewedding. Wisatawan dari luar Aceh dan beberapa pasang turis asing juga terlihat. Umumnya wisatawan yang datang ingin menikmati arsitektur paduan Eropa, Turki dengan sentuhan Islam dan tradisional masjid ini, dan tak lupa foto diri berlatarbelakang masjid indah ini.

Pengunjung Masjid Raya Banda Aceh ini ramai sejak pagi hingga malam. Ketika malam berangsur menyelimuti langit di atas Masjid Raya Baiturrahman, pesona keindahan masjid raya ini tak lantas memudar. Lampu-lampu masjid dan bayangan bangunan yang terpantul di air kolam di depan masjid, justru menghadirkan pesona tersendiri. Tak berlebihan di kala malam merayap, masih banyak pengunjung yang datang untuk menikmati dan mengabadikan keindahannya.

Adah kisah unik tentang masjid ini ketika diterjang tsunami. Konon ada orang yang melihat masjid ini terangkat dengan sendirinya hingga menyelamatkan ratusan orang di dalamnya dari terjangan tsunami. Benar tidaknya cerita itu, yang pasti kian menambah keyakinan banyak orang akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan.

Kendati bermunculan obyek wisata baru pascatsunami, masjid raya ini tetap menjadi ikon pariwisata Banda Aceh bahkan Provinsi Aceh. Hingga ada anggapan, kalau belum ke masjid ini saat ke Aceh untuk urusan bisnis, rapat, konvensi, pameran, maupun berwisata belumlah sempurna. Yang membanggakan lagi, masjid ini masuk dalam 10 besar masjid-masjid terindah di dunia.

Masih ada sejumlah masjid kebal tsunami yang ada di beberapa tempat seperti Masjid Rahmatullah atau Masjid Lampuuk di Desa Lampuuk, Kecamatan Lhok Nga, Kabupaten Aceh Besar. Masjid yang berada sekitar 500 meter dari bibir Pantai Lampuuk ini tetap berdiri kokoh, sementara bangunan di kiri kanannya hancur tak tersisa termasuk deretan pohon cemara dan kelapa yang tercabut dari akarnya hingga tumbang dan terseret ratusan meter. Masjid yang sebelum tsunami diresmikan pada 12 September 1997 oleh Gubernur DI Aceh Prof. Syamsuddin Mahmud, kini sudah direnovasi hingga tampil lebih cantik.

Selain itu ada Masjid Raya Teuku Cik Maharaja di Peukan Bada, Masjid dekat obyek wisata spritual Kuburan Syiah Kuala, Masjid di Ujung Karang, Melauboh, dan masjid-masjid ajaib lainnya.

Sayang, bila tak mengunjungi masjid-masjid ajaib kebal tsunami seperti tertera di atas selagi berada di Tanah Rencong ini. Pasalnya, selain kini tampil lebih anggun, cantik, dan menarik, pasti ada saja kisah tentang keperkasaan atau keajaibannya hingga masjid-masjid tersebut mampu bertahan dari hantaman gempa dan terjangan tsunami dasyat kala itu. Kisah keajaiban dan kekebalannya itu, pastinya bakal menebalkan keimanan dan kesadaran untuk selalu mematuhi perintahNya.

Tips Perjalanan
Berwisata spritual ke masjid manapun termasuk di Banda Aceh dan wilayah lain di Provinsi Aceh, sebaiknya mematuhi aturan. Bila Anda wanita dewasa sebaiknya mengenakan pakaian muslimah atau minimal berkerudung sedangkan pria dewasa sebaiknya mengenakan pakaian yang santun seperti baju koko dan celana panjang.

Saat berkunjung ke masjid-masjid bersejarah, berasitektur unik, kuno atau megah dan indah, ada baiknya sekalian menjalankan kewajiban sebagai muslim seperti shalat wajib dan sunat, tadarusan, salawat badar atau ber-zikir dan berdoa.

Bila ingin mengabadikan gambar di dalam masjid, sebaiknya jangan sampai mengganggu jamaah yang sedang beribadah. Jagalah sikap. Jangan gaduh, tertawa atau bercanda berlebihan.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Keliling Obyek Tsunami Usai Meeting




Usai mengi-kuti rapat (meet-ing), konvensi (convention) maupun pameran (exhibition) di Banda Aceh, Ibukota Provinsi Aceh, sebaiknya jangan langsung pulang. Nikmati dulu sejumlah obyek tsunaminya sebagai insentif (incentive) pelepas lelah. Pastinya, Anda bakal menemukan obyek wisata khas tsunami yang tak mungkin Anda temukan di kota lain.

Pasca gempa berkekuatan 9,8 Skala Richter dan disusul tsunami dasyat yang meluluhlantahkan beberapa wilayah di Aceh 5 tahun silam, membuat wajah Banda Aceh berubah lebih baik, termasuk obyek wisatanya yang ternyata semakin bertambah.

Dulu, sebelum bencana tujuan utama wisatawan ke Banda Aceh tentu untuk melihat Masjid Baiturrahman. Tapi usai gelombang dasyat itu berlalu, bukan cuma Masjid Raya Banda Aceh itu yang menjadi obyek tujuan melainkan pula obyek-obyek wisata dari sisa-sisa keganasannya.

Obyek-obyek tersebut, kini justru menjadi primadona wisata baru di kota berjuluk Serambi Mekah ini. Pasalnya selain khas dan bikin heran, obyek-obyek itu hanya ada di Banda Aceh. Karenanya pula, kota ini pun kemudian mendapat sebutan baru sebagai Tsunami Memorial City.

“Obyek wisata khas tsunami di Aceh bisa menjadi alternatif incentive usai melakukan meeting, convention maupun exhibition di Banda Aceh,” jelas Betty Anita, Kasi Asosiasi Luar Negeri Direktorat MICE, Depbudpar saat mengunjungi salah satu obyek tsunami usai membawa rombongan media dari Jakarta untuk meliput acara peringatan 5 tahun tsunami yang dihadiri Wapres Boediono di Pelabuhan Ulee Lheue, Gampong Pante Cermin, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh (26/12).

Sebelum acara puncak peringatan 5 tahun tsunami Aceh di Pelabuhan Ulee Lheue, diselenggarakan seminar international bertajuk Aceh’s Development Prospect Post Tsunami (17/12) di Hermes Palace Hotel, Pameran berjudul Exhibition of Success Story (14-19/12) di Museum Tsunami Aceh, dan Pagelaran Budaya Aceh (18-19/12) juga di Museum Tsunami Aceh.

Obyek wisata yang terjadi akibat tsunami yang dapat Anda lihat di Banda Aceh antara lain Kapal Pembangkit Tenaga Listrik Diesel (PLTD) Apung I di Kelurahan Punge Blang Cut. Ketika kali pertama melihat kapal ini mungkin Anda bakal heran. Bagaimana tidak, tongkang berbobot mati 2.500 ton dan luas lambung 1.600 meter persegi ini terempas tsumani dari Dermaga Ulee Lheue sejauh 4 Km ke tengah permukiman padat penduduk hingga menelan korban nyawa dan juga merusak bangunan.

Di tongkang PLTD Apung yang sudah tak berfungsi lagi itu, Anda dapat naik ke atas geladak setinggi lebih kurang 20 meter lewat tangga besi di sisi tongkang. Dari atas geladaknya, Anda dapat menyaksikan pemandangan luas ke berbagai belahan kota di Banda Aceh, termasuk ke Dermaga Ulee Lheue, tempat tongkang itu semula berlabuh.

Dalam rangka memperingati 5 tahun tsunami, di kapal ini digelar sejumlah kegiatan antara lain tabligh dan zikir akbar oleh warga setempat yang disponsori beberapa produk. Sejumlah warga dari luar Banda Aceh bahkan dari Medan berdatangan ke kapal ini untuk bertakbir bersama atau sekadar melihat kapal besar ini.

Usai menaiki tongkang PLTD Apung 1, Anda bisa rehat sejenak di Taman Edukasi Tsunami, sekitar 50 meter dari tongkang itu. Di sana Anda bisa duduk-duduk di teras sambil melihat aneka tanaman bunga seperti mawar dan lainnya atau mendatangi pusat kreasi seni yang memamerkan sejumlah foto-foto tsunami.

Obyek sama yang mungkin juga mampu membuat Anda heran dan mengakui betapa dasyatnya tsunami ketika itu adalah obyek kapal kayu di atas rumah di Kelurahan Lampulo, Kecamatan Kuta Alam.

Semula kapal nelayan itu berlabuh di Dermaga Pantai Aceh. Akibat tsunami, kapal itu terbawa arus hingga lebih kurang 3 Km ke daratan. Yang mencengangkan, meski terbawa arus super deras, kapal itu berhasil menyelamatkan 165 orang dari terjangan gelombang karena mereka menyelamatkan diri ke atas kapal tersebut. Untuk memudahkan pengunjung melihat kapal melayan ini dari dekat, Pemkot Banda Aceh membangun sebuah jembatan.

Kuburan Massal
Selain mengunjungi sisa-sisa kedayatan tsunami di atas, Anda bisa melanjutkan kunjungan ke obyek-obyek wisata baru yang masih berkaitan dengan tsunami seperti Kuburan Massal, Museum Tsunami Aceh, dan Tugu Peringatan Tsunami.

Kuburan Massal Meuraxa semula merupakan halaman Puskesmas Meuraxa yang luluh lantah oleh tsunami. Lokasinya sekitar 6 Km dari pusat Kota Banda Aceh atau beberapa ratus meter dari Pantai Ulee Lheue. Di kuburan massal itu tidak ada batu nisan. Hanya berupa lapangan dan gundukan tanah berlapis rumput.

Pada hari-hari tertentu, termasuk pas perayaan peringatan 5 tsunami, sejumlah warga Aceh berziarah ke kuburan massal ini. Mereka sengaja datang untuk mendoakan sanak-saudara, istri-suami, anak, tetangga, maupun sahabat yang menjadi korban tsunami dan dimakamkan secara bersama di perkuburan tersebut.

Di lahan kuburan tersebut ada plang kecil berbentuk menara masjid bertulisan “Kuburan Dewasa”. Di depannya ada gapura dengan pintu besi bercat hijau bertuliskan kata-kata yang mengingatkan pengunjung supaya sadar bahwa kematian itu mutlak adanya. Di kuburan massal tersebut, Anda bisa memanjatkan do’a buat para korban tsunami.

Selanjutnya ke Tugu Peringatan Tsunami di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Tugu yang dibangun oleh Yayasan Harapan Bangsa Nusantara dan didanai oleh yayasan dari USA ini diresmikan pembuatannya oleh Panglima Kodam Iskandar Muda, Majend TNI Supiadin AS, Juni 2008.

Selain tugu di lapangan ini juga ada Prasasti Taman Internasional “Aceh Thanks The World” yang berbentuk gelombang tsunami bercat putih. Serta ratusan prasasti ucapan dari bermacam negara berbentuk pucuk perahu yang tertancap di tanah mengeliligi tengah lapangan, bertuliskan terimakasih dalam bahasa masing-masing negara.

Keberadaan Prasasti Taman Internasional dan Tugu Peringatan Tsunami membuat Lapangan Blang Padang semakin menarik untuk dikunjungi. Sebelumnya sudah ada Tugu Pesawat Seulawah RI-001 di lapangan yang menjadi kebanggaan warga Banda Aceh itu.

Dari Lapangan Blang Padang, Anda tinggal menyeberang ke Museum Tsunami Aceh, di sebelah Makam Belanda (Kherkhof) dekat simpang jam, tepatnya di Jalan Iskandar Muda.

Yang menarik dari museum yang diresmikan Presiden SBY Februari 2008, arsitekturnya unik. Desainnya berbentuk Rumoh Aceh Escape Hill karya M Ridwan Kamil. Eksteriornya berbentuk kapal terdiri 4 tingkat dan hiasan motif Islam. Koleksi museum ini antara lain sejumlah foto-foto tsunami.

Melihat banyaknya obyek baru pascatsunami guna mengenang bencana alam maha dasyat itu, wajar kalau Banda Aceh kini berpredikat Tsunami Memorial City.

Tips Perjalanan
Usai meeting, convention maupun exhibition, Anda bisa mengunjungi semua obyek baru pascatsunami di Banda Aceh dalam satu atau dua hari saja sebagai incentive-nya. Sebab, lokasinya mudah dijangkau dan berdekatan. Anda bisa menyewa bus damri, mobil travel, taksi, labi-labi (angkot) atau kalau ingin irit ongkos pilih saja bentor (becak motor) yang sudah lama menjadi kendaraan khas warga Banda Aceh dan sekitarnya.

Untuk tempat menginap, ada sejumlah hotel berbintang di Banda Aceh antara lain Hermes Palace Hotel di Jalan Nyak Makam sekitar 5 Km dari Masjid Baiturrahman, Oasis Atjeh Hotel dan Hotel Grand Nanggroe keduanya di Lueng Bata, sekitar 5 Km pusat kota, atau Sulthan Hotel di Jalan Panglima Polem, kawasan bisnis dan pertokoan Peunayong. Sedangkan hotel yang lebih murah antara lain Hotel Mirah (belakang Sulthan), Hotel 61 Jalan Panglima Polem (depan Sulthan) atau Hotel Diana di Kuta Alam.

Di sela-sela city tour Banda Aceh, sempatkan menikmati wisata kuliner setempat seperti Mie Aceh di Rumah Makan Mie Lala di Jalan Syiah Kuala Kuata Alam dan Resto Mie Rajalie di Jalan Panglima Polem. Jangan lupa menikmati bermacam makanan khas Tanah Rencong ini seperti Ayam Tangkap, Ikan Kayu Tumis, Sambal Udang, Gule Kambing, Sate Matang, dan Ikan Bakar Rambeu di Retoran Banda Seefood di Jalan Raya Kp. Blang, Ulee Lheue.

Kalau mau minum kopi tarik khas Aceh datang saja ke kedai kopi seperti Kedai Kopi Solong di Ulee Kareng yang berdiri sejak 1974 dan diklaim sebagi kedai kopi tertua di Banda Aceh. Di kedai ini Anda bisa minum aneka jenis kopi atau membeli kopi bubuknya. Atau bisa juga ke Dapu Kupi di Jalan Simpang Surabaya, Banda Aceh yang buka 24 jam. Kalau ingin membeli Dendeng Aceh pergi saja di Toko Seulawah di Jalan Tengku Cik Ditiro.

Bila ingin membawa cendramata khas Aceh seperti baju koko, sajadah, tas, rencong, batik Aceh, gantungan kunci, dan lainnya pergi saja ke Toko Putroe Aceh di Jalan KH Ahmad Dahlan, Toko Rencong Aceh di seberang Masjid Baiturrahman, dan Koperasi Souvenir Mutiara Intan di dekat Masjid Baiturahim. Kalau suka dengan kaos berkata-kata humor atau bijak khas Aceh, semacam Dagadu-Yogya atau Joger-Bali, datang saja ke Toko Celoteh di dekat Kapal PLTD Apung.

Selama berwisata di Bumi Iskandar Muda termasuk di Banda Aceh, bagi muslimah dewasa sebaiknya mengenakan pakaian muslimah atau minimal berkeredung. Bagi muslim dewasa, sebaiknya pula berbusana pria santun. Selamat ber-incentive mengelilingi obyek wisata tsunami di Banda Aceh.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Kamis, 17 Desember 2009

Paket Wisata Belanja Intan di Martapura


Mau tahu proses pendulangan intan di Martapura, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel)? Ikuti saja paket wisata ini yang juga bakal mengantarkan Anda ke sentra pasar perhiasan aneka batu aji, Pasar Terapung, dan Pulau Kambang dalam waktu 2 hari 1 malam.

Nama paketnya Diomond Shopping di Martapura, khusus program Sabtu dan Minggu (2 hari / 1 malam) dan juga akhir tahun.

Pada hari pertama (Sabtu), dari Jakarta menuju Banjarmasin untuk tur intan (diamond tour). Berangkat pagi dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta pukul 6.25 Wib dengan pesawat Garuda nomor penerbangan GA 530. Diperkirakan tiba di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin pukul 9.05 Wita.

Anda akan dijemput oleh pemandu wisata, kemudian langsung ke Desa Cempaka, tempat pendulangan intan. Di desa ini Anda dapat menyaksikan bagaimana orang-orang bekerja dengan peralatan sederhana dan tradisional mencari dan memilah-milah bebatuan intan kasar yang masih bercampur pasir dan lumpur.

Selepas itu ke tempat penggosokan intan (diamond workshop), melihat para pengrajin mengasah intan menjadi berlian berstandar internasional. Anda bisa bertanya sepuasnya tentang intan. Di tempat ini juga ada counter penjualannya.

Acara dilanjutkan ke Martapura untuk menjambangi Pusat Perbelanjaan Batu Permata “Cahaya Bumi Selamat”. Ada puluhan toko perhiasan batu permata dan souvenir lain dengan harga dan kualitas terpercaya. Bahkan ada beberapa koleksi perhiasan yang bersertifikat. Anda bisa berbelanja senyaman mungkin.

Sore hari Anda diantar ke Kota Banjarmasin untuk check in di hotel. Acara belanja berlian pun bisa dilanjutkan di hotel dengan mengundang penjual yang Anda inginkan.

Pasar Terapung
Pada hari kedua (Minggu) tur ke Pasar Apung dan Pulau Kambang. Berangkat sebelum subuh dari hotel menggunakan perahu bermotor menyusuri Sungai Martapura, melewati sungai-sungai kecil sebelum mencapai Sungai Barito. Di sungai terbesar di Indonesia dengan lebar rata-rata sekitar 1.000 meter inilah “Pasar Apung” (floating market) berada.

Anda bisa menyaksikan dan berinteraksi langsung dengan para pedagang yang didominasi para ibu yang bertransaksi jual beli aneka kebutuhan sehari-hari di atas perahu.

Selanjutnya ke Pulau Kambang yang berada di tengah sungai. Di sana terdapat primata yang menjadi maskot Kalsel yakni Bekantan, monyet berhidung panjang.

Setelah itu Anda diantar kembali menuju Martapura untuk merampungkan belanja Anda yang mungkin belum tuntas kemarin. Atau pilihan lain berkeliling Kota Banjarmasin sambil belanja oleh-oleh khas Banjarmasin.

Baru kemudian Anda diantar ke Bandara Syamsuddin Noor untuk kembali ke Jakarta. Pesawatnya GA 537 dengan jadwal penerbangan pukul 17.05 Wita. Diperkirakan tiba kembali di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta pukul 17.40 Wib.

Untuk menikmati paket tersebut minimal 2 orang dengan pilihan inap yang beragam, antara lain di Hotel Rodheta yang bintang 2, Victoria (3*), Swissbel (3*), Banjarmasin International (3*), Arum (4*), dan Hotel Rattan inn yang bintang 4.

Minimal peserta 2 orang, bila inap di Hotel Rodheta Rp 2 juta per orang. Kalau inap di hotel lainnya harganya jelas beda. Bila peserta semakin banyak, harganyapun jadi lebih murah. Harga tersebut sudah termasuk local transport, akomodasi (twin sharing), tour & transfer, makan sesuai program, tiket masuk ke tempat rekreasi sesuai acara, dan pramuwisata.

Harga tidak termasuk tiket pesawat (pp), airport tax, tur tambahan di luar jadwal, tips untuk pramuwisata, pengemudi, porter, biaya kelebihan bagasi, dan pengeluaran yang bersifat pribadi seperti telepon, minibar, dan laundry.

Untuk membeli paket ini, Anda bias menghubungi B-Travel di Jalan Garuda No. 57B, Kemayoran, Jakarta.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Calypso Night di Mercure Convention Center Ancol


Ingin menikmati malam pergantian tahun dengan atmosfir pantai di Utara Jakarta? Nikmati saja Calypso Night di Hotel Mercure Convention Center (MCC), Ancol, Jakarta. Sambil pesta makan malam, Anda dan keluarga akan dihibur oleh penyanyi duo MAIA dan atraksi kembang api.

Dalam rangka memeriahkan momentum pergantuan tahun, Hotel MCC Ancol menawarkan paket menginap 2 malam untuk 2 orang dewasa dan 2 anak di bawah 5 tahun pada tanggal 30 Desember 2009 s/d 1 Januari 2010 yang dikemas dengan berbagai program akhir dan awal tahun ala pantai.

Dalam paket seharga Rp 6,6 juta ini Anda akan mendapatkan minuman selamat datang, makan malam BBQ spesial ala tepi pantai, dan menginap di kamar Superior pada hari pertama (30/12).

Hari kedua (31/12) Anda mendapatkan Super Brunch Buffet,‘’Calypso Night’’ yaitu acara pesta makan malam dengan suguhan penampilan duet artis MAIA, modern dance, live band, sulap, dan disemaraki dengan pesta kembang api di area outdoor serta penampilan hiburan DJ dengan nuansa tepi pantai di Terrace Coffee Shop.

Kalau beruntung, Anda bisa mendapatkan grand prize 1 tiket pesawat Jakarta-Denpasar-Jakarta beserta akomodasi 2 malam yang berlaku untuk 2 orang. Selain itu hadiah door prizes uang tunai dengan total 10 juta, puluhan lucky draw, dan suvenir menarik. Aktivitas seru untuk anak-anak (di bawah 5 tahun) beserta makan malam dihadirkan juga di Teluk Jakarta.

Pada hari ketiga (1/1), Anda mendapatkan Super Brunch Buffet. Paket ini dapat penawaran early bird 10% sejak 26 November-20 Desember 2009.

Fasilitas anak-anak yang dihadirkan dalam paket ini dikoordinir oleh Mimo Kid’s Club dengan memberikan hiburan bernilai edukasi antara lain menggambar, melukis, face painting, story telling, sulap, dan permainan.

Fasilitas lain yang dapat Anda nikmati bersama keluarga di hotel yang berada di Jl. Pantai Indah Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara ini antara lain MIMO swimming pool, olahraga air (jet ski, wind surfing, sailing), sepeda tandem, tennis, tennis meja, basket, Karaoke Keluarga “Batavia”, Restoran Jepang Shiosai, dan Sunda Kelapa Coffee Shop.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Rabu, 16 Desember 2009

Identitas, Film Terbaik FFI 2009


Identitas menjadi film terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2009 yang berlangsung di Hall D1 Jakarta International Expo, Arena PRJ Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu malam (16/12). Film yang menceritakan tentang petugas kamar mayat dan perempuan yang terpaksa melacur ini mengalahkan 4 nominasi film terbaik lainnya yakni Jamilah dan Sang Presiden, Perempuan Berkalung Surban, Rumah Maida, dan Mereka Bilang, Saya Monyet.

Menbudpar Jero Wacik menyerahkan secara langsung piala citra kepada Deddy Mizwar selaku salah satu produser film tersebut.

“Film Indonesia bergeraklah terus ke depan. Saya akan selalu mendorongnya. Saya akan memberi fasilitas. Majulah film Indonesia,” kata Jero Wacik usai memberikan piala kebanggaaan para sineas film Tanah Air itu.

Perkataan spontan Jero Wacik, kian membuktikan bahwa pemerintah dalam hal ini Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) serius mendorong kemajuan perkembangan perfilman nasional.

Sayangnya, masih sedikit film Indonesia era kini yang mengekpose obyek-obyek wisata berikut budaya lokal di Tanah Air. Padahal lewat film, potensi budaya dan pariwisata daerah bisa terangkat. Contohnya film Laskar Pelangi yang sukses bukan cuma filmnya tapi juga berhasil mengangkat kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya Pulau Belitung yang kini berjuluk Bumi Laskar Pelangi. Bahkan sejak ada film itu, kini di Belitung ada paket wisata bumi laskar pelangi yang berisi tur ke lokasi-lokasi syuting film box office tersebut.

Berdasarkan pengamatan travelplusindonesia, penjagaan penyelenggaraan FFI 2009 kali ini berlangsung ketat, mengingat RI2 Boediono hadir.

Secara keseluruhan, penyelenggaran FFI tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu. Konsepnya yang memadukan musik dan film cukup menarik. Pengisi acaranya tampil all out dan berkonsep seperti ST 12, D’massive, The Changcuters, Wali, Geisha, dan Gita Gutawa yang begitu apik membawakan lagu Citra karya Ismail Marzuki sebelum pembacaan film terbaik yang dibacakan oleh Niniek L. Karim.

Berikut daftar peraih Piala Citra FFI 2009:
1. Film: Identitas
2. Sutradara: Arya Kusumadewa (Identitas)
3. Pemeran Pria Utama: Tio Pakusadewo (Identitas)
4. Pemeran Wanita Utama: Titi Sjuman (Mereka Bilang, Saya Monyet)
5. Pemeran Pendukung Pria: Reza Rahadian (Perempuan Berkalung Surban)
6. Pemeran Pendukung Wanita: Henidar Amroe
7. Penulis Skenario Asli: Sally Anom Sari & Samaria Simanjuntak (Cin(t)a)
8. Penulis Skenario Adapsi: Djenar Maesa Ayu & Indra Herlambang (Mereka Bilang, Saya Monyet)
9. Penyunting: Wawan I. Wibowo (Pintu Terlarang)
10. Penata Sinematografi: Ipung Rahmat Syaiful (Pintu Terlarang)
11. Penata Artistik: Kekev Marlov (Identitas)
12. Penata Suara: Shaft Daultsyah & Khikmawan Santosa (Rumah Maida)
13. Penata Musik: Aksan Sjuman & Titi Sjuman
14. Penghargaan Khusus Film Anak-anak: Garuda di Dadaku
15. Sutradara Pendatang Baru: Djenar Maesa Ayu (Uky)
16. Lifetime Achievement: Sophan Sophian

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Melacak Jejak Benteng di Museum BI



Mau tahu benteng apa saja yang ada di Jawa dan Sumatera? Datang aja ke pameran benteng bertajuk "Jejak Bastion Hollandia di Batavia" di Museum Bank Indonesia. Pameran ini berlangsung selama sebulan, sejak 15 Desember 2009 s/d 15 Januari 2010. Gratis lho.

Pameran ini merupakan hasil survey untuk menginventarisasikan benteng di Jawa dan Sumatera atas kerjasama antara Pemerintah Belanda, Passchier Architects and Consultants (PAC), Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia (PDA), serta Dirjen Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar).

Hasilnya ada 177 benteng di Jawa dan Sumatera yang disurvey selama setahun dari 2008 s/d 2009. “177 benteng yang ditemukan 61 di Jawa dan 116 di Sumatera. Dari jumlah yang ditemukan hanya 5 % yang kondisinya relatif masih utuh, sisanya reruntuhan. Padahal ada 459 benteng yang ada di Jawa dan Sumatera tapi secara fisik sudah tidak dapat ditemukan lagi,” jelas Nadia Purwestri, koordinator riset survey benteng di Sumatera dan Jawa ini.

Benteng yang ditemukan, lanjut Nadia yang juga Direktur Eksekutif PDA, ada tiga tipe yakni benteng vernakuler atau benteng yang dibangun oleh orang Indonesia, termasuk didalamnya benteng tradisional dan benteng kerajaan. Kedua, benteng kolonial buatan Belanda, dan ketiga struktur pertahanan Perang Dunia (PD) I dan PD II seperti bungker dan lainnya.

“Sebagian besar benteng kolonial ditemukan di pusat kota. Beberapa benteng tradisional di pedesaan dan struktur PD II di pegunungan dan di pesisir pantai. Benteng-benteng di lokasi terpencil masih terbengkalai sedangkan beberapa yang ada di tengah kota sudah dikembangkan dan juga juga jadi obyek wisata,” papar Nadia.

Hasil survey benteng di Jawa dan Sumatera ini, tambah Nadia, kemudian dipamerkan di beberapa tempat sekaligus menjadi database buat Depbudpar untuk pengelolaan lebih lanjut.

Sebelumnya pameran benteng ini mengambil tempat di Museum Nasional, dan kini di Museum Bank Indonesia yang lokasinya di sebelah Museum Bank Mandiri, seberang halte busway TransJakarta, Beos-Kota. Tepatnnya di Jalan Pintu Besar Utara No 2, Jakarta Barat.

Nah, bila Anda punya waktu luang datang saja ke pameran ini bersama keluarga, kerabat ataupun sahabat. Museum Bank Mandiri buka Selasa-Minggu pukul 08.00-pukul 15.00, hari libur nasional tutup.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Soetta, Bandara Tepat Waktu Kedua di Dunia



Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) berhasil menduduki posisi kedua di dunia dari segi ketepatan waktu (ontime). Penilaian ini bisa jadi berpengaruh positif bagi peningkatan jumlah kunjungan wisman, mengingat bandara ini menjadi salah satu pintu masuk wisman ke Indonesia.

Situs perjalanan internasional Frobes Traveler menempatkan Soetta di Tangerang, Provinsi Banten sebagai bandara kedua di dunia yang memiliki ketepatan waktu tertinggi. Hanya kalah dari Bandara Haneda (HND), Tokyo, Jepang yang menduduki peringkat pertama.

Penilaian ini dilakukan Frobes Traveler selama 1 tahun dari 1 Agustus 2008 s/d 31 Juli 2009 terhadap 50 bandara tersibuk di dunia.

Peringkat Soetta yang beroperasi pada 1985 ini naik 4 peringkat, dari posisi keenam tahun lalu menjadi kedua tahun ini. Forbes Traveler juga mencatat berdasarkan Fligh-Seat, Soetta melayani setidaknya 32 juta penumpang tahun lalu.

Kendati penilaian ini cukup membanggakan, namun berdasarkan pengamatan dan pengalaman travelplusindonesia, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh pengelola Soetta, seperti soal calo tiket, kebersihan di ruang tunggu, pedagang liar, keamanan di tempat parkir, sampai ketepatan waktu beberapa maskapai penerbangan.

Soalnya penulis pun pernah mengalami ada pesawat yang datang telat hingga terpaksa menunggu beberapa waktu sebelum take-off dari bandara ini.

Semoga saja, bandara yang rencananya akan direnovasi untuk menambah kapasitas sebanyak 10 juta penumpang ini semakin baik pelayanannya, sehingga bukan hanya berhasil menduduki peringkat pertama tahun depan tapi juga berperan besar dalam meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia.

Seperti tahun lalu, sejumlah bandara di Asia masih merajai nominasi dan berada di deretan 10 besar di antara 50 bandara internasional berdasarkan ketepatan waktu. Pasalnya banyak bandara di Asia yang baru dibuat atau direnovasi dengan menggunakan fasilitas terkini dan layanan yang semakin baik.

Berikut daftar 10 bandara terbaik di dunia dari segi ketepatan waktu versi Frobes Traveler:
1. Haneda (HND), Tokyo, Jepang yang merupakan bandara tersibuk di dunia dengan tingkat ketepatan waktu 91,4 %.
2. Soekarno Hatta (Soetta), Tangerang, Indonesia (86,7%)
3. Narita International Airport, Tokyo, Jepang (86%).
4. Incheon International Airport, Seoul, Korea Selatan yang dinobatkan sebagai bandara terbaik di dunia oleh Dewan Airport Internasional (84,8%)
5. Suvarnabhumi Airport, Bangkok, Thailand
6. Minneapolis St Paul International Airport, Minnesota, AS
7. Bandara Kuala Lumpur International Airport, Malaysia.
8. Phoenix International Airport, Arizona, Detroit, AS
9. Detroit Metropolitan Wayne County Airport, Michigan, AS
10. George Bush Intercontinental Airport, Houston, Texas, AS

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Hasil Rumusan Masukan Rakornas Budpar 2009



Rakornas Budpar 2009 di Hotel Mercure Convention Center, Ancol Jakarta yang berakhir kemarin (15/12) menghasilkan rumusan pokok-pokok masukan rencana strategis Depbudpar 2010-2014. Selain 5 point masukan untuk Kebudayaan dan Pariwisata, juga ada sejumlah masukan khusus bidang Kebudayaan serta masukan untuk bidang Pariwisata. Masukan Apa sajakah?

Sekjen Depbudpar Wardiyatmo usai menutup Rakornas Budpar 2009 mengatakan masukan Rakornas ini dirumuskan berdasarkan butir-butir yang disampaikan oleh Menko Perekonomian Hatta Radjasa selaku pembicara kunci, Menbudpar Jero Wacik yang menyampaikan kontrak kinerja dan programnya, Kementrian Pendidikan Nasional, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Perhubungan, istansi terkait, dan sejumlah disbudpar termasuk intern Depbudpar untuk rencana strategis budpar selama 5 tahun kedepan. “Masukan-masukan ini nanti akan dirapatkan kembali untuk diseuaikan dengan program kinerja budpar,” jelas Wardiyatmo.

Lima (5) point masukan untuk Kebudayaan dan Pariwisata adalah menata kembali daya tarik wisata dan budaya secara terpadu, pengembangan yang inovatif dengan mengkaji masukan National Summit serta Muserangnas penetapan RPJMN 2010-1014, menciptakan berbagai program quick wins, meningkatkan kualitas kinerja, mengedepankan pembangunan pariwisata berbasis lingkungan (eco tourism) dan untuk kebudayaan berpedoman pada cetak biru pengembangan ekonomi kreatif yang berpadu dengan sektor pariwisata.

Masukan khusus bidang Kebudayaan, antara lain mendorong perekonomian kebudayaan, peningkatan bidang seni & film untuk kesejahteraan masyarakat, memperkuat karakter dan jati diri bangsa bekerjasama dengan Menpora, Menag, dan Mendiknas, mengganti rugi penemuan-penemuan Benda Cagar Budaya mahakarya, dan pembuatan database kebudayaan termasuk mempercepat proses perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Selain itu, membentuk Indonesia House di sejumlah negara, menetapkan kawasan Menhir di Lembah Bada dan sekitar Kawasan Hutan Nasional Lore Lindu sebagai Kawasan Cagar Budaya National, menyelenggarakan kongres permuseuman sedunia di Indonesia, dan peningkatan kapasitas SDM di bidang kebudayaan di daerah.

Sedangkan masukan untuk bidang Pariwisata antara lain meningkatkan pelayanan transportasi yang efektif dan efisien, revitalisasi perkeretaapian dengan membuka peluang bagi swasta dan pemda untuk menjadi operator dan pengelola, pengembangan Pelabuhan Manado, Biak, Belawan, Benoa, dan Pelabuhan Tanjung Priok, dan pembangunan bandara di daerah perbatasan dan rawan bencana.

Disamping itu, menentukan produk wisata baru, memperbanyak paket wisata, memasukkan potensi wilayah kapal tenggelam sebagai daya tarik wisata, menggalakkan kembali Anugerah Pariwisata Indonesia, dan sertifikasi kompetensi usaha hiburan umum seperti pemijat dan usaha lainnya yang belum termasuk dalam jenis usaha pariwisata dalam UU No. 10/2009.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Adji & Wiko

Senin, 14 Desember 2009

Rakornas Budpar 2009: Pengembangan Kebudayaaan Tetap Diprioritaskan


Pengembangan bidang kebudayaan tetap diperioritas dalam program kerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) 5 tahun kedepan disamping pariwisata. Pasalnya kebudayaan lebih penting karena menyangkut jati diri bangsa.

Demikian disampaikan Menbupar Jero Wacik saat konferensi pers usai memberi pengarahan kepada peserta Rapat Koordinasi Nasional Bidang Kebudayaan dan Pariwisata (Rakornas Bidang Budpar) 2009 di Hotel Mercure Convention Center, Ancol Jakarta (14/12).

“Pengembangan kebudayaan lebih diprioritaskan dibanding pariwisata, karena kebudayaan menyangkut kepentingan seluruh rakyat Indonesia agar tertanam rasa cinta dan bangsa terhadap Tanah Air, sementara pariwisata hanya menyangkut sebagian orang,” kata Jero Wacik.

Belakangan ini, lanjut Jero Wacik, ada gejala-gejala masyarakat kita bersikap kurang santun dan tampil menjadi orang lain yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa. “Oleh karena itu dalam pengembangan kebudayaan, harus mengutamakan pembangunan karakter bangsa atau national building,” jelasnya.

Menurut Jero Wacik, Rakornas Budpar yang berlangsung dua hari (14-15/12) bertujuan untuk menyampaikan program kerja Depbudpar 100 hari dan 5 tahun ke depan agar stakeholder mengetahui program kerja tersebut.

Dalam Rakornas ini membahas pemantapan rancangan rencana strategis budpar dengan sejumlah menteri terkait. Selain Menbudpar yang memberi pengarahan, juga Menteri Koordinator Perekenomian Hatta Radja sekaligus yang membuka Rakornas ini mengingat Depbudpar kini berada dibawah koordinasi Departemen Perekonomian. Sejumlah pejabat instansi terkait juga menjadi narasumber dalam Rakornas ini antara lain dari Bappenas, Depkeu (Ditjen Anggaran), Dephub, Depkumham (Ditjen Imigrasi), dan Depdiknas.

Dalam Rakornas ini Jero Wacik menyampaikan kontrak kinerja dan program prioritas bidang bupar yang terkait prioritas pengembangan kebudayaan 2010-1214, antara lain mendukung penyediaan sarana dan prasarana taman budaya, lembaga kesenian tradisional, dan pagelaran seni. Selain itu akan membangun Pusat Pengembangan Kebudayaan Nasional, meningkatkan penelitian dan pegembangan bidang kebudayaan, kepariwisataan, dan 10 bidang arkeologi serta penyelenggaraan Art Summit Indonesia.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Minggu, 13 Desember 2009

Paket Inap Malam Pergantian Tahun di 10 Hotel Ibis


Belum punya hotel untuk untuk menyambut kemeriahan malam pergantian tahun? Tak perlu pusing. Coba saja pilih salah satu dari 10 hotel ibis di Indonesia yang menawarkan paket tahun baru yang menarik dan ekonomis. Paket inapnya mulai dari Rp 500 ribuan s/d Rp 2 jutaan. Hotel apa saja?

Kalau Anda merayakan malam tahun baruan di Jakarta, ada 5 hotel Ibis yang salah satunya dapat Anda pilih. Pertama, Hotel Arcadia di Jl. Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Paket malam tahun barunya Rp 840.000 net untuk menginap 1 malam di kamar standar, makan pagi dan makan malam untuk 2 orang di restoran La table, topi dan trompet, serta kesempatan mendapatkan door prize berupa voucher menginap di jaringan hotel Accor di Indonesia.

Kedua, Hotel Ibis Jakarta Tamarin dekat Hotel Arcadia, juga di Jl.Wahid Hasyim Jakarta Pusat. Paket tahun barunya Rp 726.000 net untuk menginap 1 malam di kamar standar termasuk makan pagi untuk 2 orang. Dan paket Rp 825.000 net untuk menginap 1 malam di kamar type Tamarin Room termasuk makan pagi untuk 2 orang. Bila hanya ingin merayakan malam tahun baru di hotel saja, Restoran La table Hotel Ibis Jakarta Tamarin menawarkan sajian set menu untuk makan malam dengan harga Rp 100.000 net/orang.

Ketiga, Hotel Ibis Jakarta Kemayoran di Jl. Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat. Paket tahun barunya Rp 551.000 net untuk 1 malam menginap di kamar standar dan makan pagi untuk 2 orang.

Keempat, Hotel Ibis Jakarta Mangga dua di Jl. Pangeran Jayakarta, Jakarta pusat. Paket menyambut Hari Natal-nya Rp 555.000 net/malam berlaku 20 s/d 28 Desember 2009 untuk menginap 1 malam di kamar standard, makan pagi untuk 2 orang dewasa dan 1 anak dibawah umur 10 tahun, hadiah natal, fasilitas koneksi internet via WIFI gratis, penawaran diskon sebesar 20 % untuk spa treatment di Jasmine Spa, dan konsumsi makanan dan minuman di restoran La Table. Pada 25 Desember 2009, restoran ini menawarkan sajian buffet untuk Christmas Brunch dengan harga Rp 70.000 net/orang.

Paket tahun barunya Rp 599.000 net untuk menginap 1 malam di kamar standar, aksesoris untuk perayaan menyambut tahun baru, free wifi, diskon 20 % untuk spa treatment dan konsumsi makanan dan minuman di restoran La table. Harga ini berlaku dari tanggal 29 Desember 2009 s/d 3 Januari 2010.

Kelima, Hotel ibis Jakarta Slipi di Jl. Let.Jend. S.Parman, Jakarta Barat. Paket natal dan tahun barunya ada dua. Paket yang berlaku 18 Desember 2009 s/d 10 Januari 2010 Rp 490.000 net untuk menginap 1 malam di kamar standar dan makan pagi untuk 2 orang. Pada yang berlaku 31 Desember 2009 Rp 647.350 net untuk menginap 1 malam di kamar standar dan makan pagi untuk 2 orang.

Kalau ada merayakan di Yogyakarta ada Hotel ibis Yogyakarta Malioboro di Jl. Malioboro. Dengan tema Malioboro Karnival, hotel ini menawarkan paket kamar untuk 2 malam dan makan pagi untuk 2 orang serta acara gala dinner pada malam tahun baru dengan sajian aneka hiburan untuk 2 orang. Harga paketnya Rp 2.300.000 net.

Kalau Anda merayakannya di Semarang ada Hotel ibis Semarang Simpang Lima di Simpang Lima. Paketnya malam tahun barunya Rp 625.000 net/malam/kamar untuk menginap 1 malam di kamar standar, makan pagi untuk 2 orang, dan juga makan malam pada malam pergantian tahun di restoran La table untuk 2 orang. Pada acara makan malam akan disajikan hiburan musik live, hiburan sulap hipnotis dan aneka door prize berupa voucher menginap di hotel-hotel dari Jaringan Accor Indonesia. Acara makan malam ini juga berlaku untuk masyarakat Semarang yang tidak menginap di hotel ini dengan membayar Rp 139.000 net/ orang.

Kalau merayakannya di Solo, ada Hotel ibis Solo di Jl. Gajah Mada. Ada 2 paket yakni Rp 547.350 net untuk menginap 1 malam di kamar standar dan gala dinner untuk 1 orang, serta Rp 764.000 net untuk menginap 1 malam di kamar standar dan gala dinner untuk 2 orang.

Kalau Anda merayakannya di Surabaya ada Hotel Ibis Surabaya Rajawali di Jl. Rajawali. Ada 2 paket kamar malam tahun baru, yaitu Rp 560.000 net / malam untuk menginap 1 malam di kamar standar dan Rp 660.000 net untuk menginap 1 malam di kamar superior. Kedua paket ini sudah termasuk welcome drink, fruit basket dan coklat, makan pagi untuk 2 orang dan buffet makan malam untuk 2 orang, serta hadiah akhir tahun berupa voucher diskon untuk kamar sebesar 40 % dari harga publish dan voucher diskon 15 % untuk spa atau massage.

Nah kalau Anda merayakan pergantian malam tahun baru di Pekanbaru, Riau ada Hotel Ibis Pekanbaru di Jl. Soekarno-Hatta Pekanbaru. Paket malam tahun barunya ada 2, paket Rp. 898.000 net untuk menginap 1 malam di kamar standar dan paket Rp. 938.000 net untuk menginap di kamar superior. Kedua paket itu termasuk makan pagi untuk 2 orang, mengikuti acara gala dinner untuk 2 orang, dan coklat pralines di kamar.

Anda yang merayakan pesta malam pergantian tahun dengan paket inap di atas, masing-masing Hotel Ibis menjamin tersedianya fasilitas makan pagi dari jam 4 pagi hingga siang hari. Selamat merayakan malam pergantian tahun di hotel.

Naskah : Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto : Dok. Ibis

Rabu, 09 Desember 2009

Penambahan Counter di Bandara Soekarno-Hata & Ngurah Rai


Counter kedatangan wisman di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng dan Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali ditambah. Penambahan tersebut bertujuan untuk memperlancar dan menyamankan kedatangan wisman yang semakin meningkat di dua bandara internasional yang menjadi pintu masuk utama wisman ke Indonesia.

Demikian disampaikan Menbudpar Jero Wacik kepada sejumlah media usai rakor dengan Menkumham Patrialis Akbar, Meneg BUMN Mustafa Abu Bakar, dan Menhub yang diwakili Sekjennya serta beberapa direktur terkait di Gedung Sapta Pesona, Depbudpar, Jakarta (9/12).

“Untuk Bandara Soekarno Hatta semula 6 counter akan menjadi 12. Mulai besok counter baru tersebut sudah dikerjakan. Sementara di Bandara Ngurah Rai dari 10 counter menjadi 26. Tempat kedatangan di Bandara Ngurah Rai yang semula digunakan untuk tempat penyambutan akan dijadikan counter untuk menerima kedatangan wisman. Kalau tidak ditambah akan semakin crowded sebab turis yang datang semakin banyak,” kata Jero Wacik.

Kebutuhan turis, menurut Jero Wacik selalu terus meningkat. “Lima tahun ke depan bisa jadi muncul masalah baru. Dulu cuma 10 counter sudah cukup di Bandara Ngurah Rai tapi sekarang 26 counter masih kurang,” terangnya.

Perbaikan dan perluasan bandara atau bahkan penambahan bandara baru, tambah Jero Wacik disesuikan dengan pertumbuhan pengguna pesawat. “Kalau turisnya semakin bertambah dan pesawat yang datang semakin banyak sementara daya tampung bandaranya kecil, sudah seharusnya bandaranya diperbesar lagi,” jelas Jero Wacik.

Sekarang yang naik kapal terbang, lanjut Jero Wacik, bukan orang-orang high class saja tapi masyarakat biasa juga sudah biasa menggunakan pesawat untuk berwisata dan lainnya.

Sementara bandara lain, lanjut Jero Wacik, masih tergolong belum crowded karena wismannya masih sedikit. Tapi di beberapa bandara sudah mulai ada keluhan lantaran semakin banyaknya pesawat yang datang. Misalnya bandara di Bandung, karena sudah mulai bayak direct fligh dari Kualalumpur ke Bandung. “Begitu juga dengan Bandara Internasional Minangkabau di Padang, Sumatera Barat dan Bandara Internasional Polinia di Medan, Sumatera Utara yang mulai pelan-pelan naik,” terang Jero Wacik.

Menurut Jero Wacik, hasil pertemuan ini tidak memelukan Surat Keputusan Bersama (SKB). Ini hanya pertemuan yang bisa langsung dikerjakan agar cepat teratasi. Dan dalam pertemuan kali ini hanya membahas sumbatan-sumbatan kecil di bandara yang semakin ramai. “Kalau pembahasan mengenai beberapa bandara baru nanti akan dibahas sebagai agenda 5 tahun dengan Menhub,” ungkap Jero Wacik lagi.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Visit Bangka Belitung Archipelago 2010: Momentum Menggarap Sektor Pariwisata Lebih Serius



Deposit timah di Provinsi Kepulau-an Bangka Belitung (Babel) suatu saat bisa habis. Padahal hingga saat ini, sektor pertambangan khususnya timah masih menjadi penyumbang utama pendapat daerah setempat. Untuk itu pemprov dan masyarakat Babel harus segera mennggarap sektor pariwisatanya lebih serius agar bisa menjadi sektor penunjang atau mungkin sektor andalan kelak.

Demikian disampaikan Menbudpar Jero Wacik saat memberi sambutan dalam peluncuran Visit Bangka Belitung Archipelago 2010 di Balairung Gedung Sapta Pesona Jakarta, Rabu (9/12). “Kalau pariwisata Babel makin dirapihkan, dikembangkan, dan dipromosikan dengan gencar, wisatawan akan datang sehingga pendapatan daerah dari sektor ini akan terus naik,” kata Jero Wacik.

Agar pariwisata di Babel berkembang pesat, lanjut Jero Wacik, harus ada investor besar yang masuk dan menanamkan modalnya di provinsi kepulauan ini. “Kalau cuma mengandalkan APBD, perkembangan pariwisata Babel akan berjalan lamban,” terangnya.

Supaya wisatawan tertarik datang ke Babel, selain promosi wisata yang gencar juga harus dibuat paket-paket wisata murah, bekerjasama dengan pihak-pihak terkait. “Jakarta merupakan sumber pasar wisnus. Setiap liburan akhir tahun, 1 juta lebih orang Jakarta berlibur ke luar kota. Ini bisa jadi peluang besar bila digarap dengan baik, mengingat dari Jakarta ke Babel cuma butuh waktu 45 menit.” jelas Jero Wacik.

Peluncuran Visit Bangka Belitung Archipelago 2010 sebagai upaya Pemprov Babel mempromosikan potensi pariwisatanya, disambut baik Jero Wacik. “Pariwisata Babel, khususnya Belitung sangat potensial. Event ini bisa menjadi momentum untuk menggarap pariwisata Babel lebih serius dan baik lagi,” ungkapnya.

Wisata Tambang
Mengingat banyak bekas galian tambang timah yang tidak produktif, Pemprov Babel bekerjasama dengan perusahaan timah setempat juga akan serius menggarap wisata tambang agar juga bisa menjadi obyek kunjungan wisatawan sehingga obyek wisata di Babel makin variatif. “Mudah-mudahan 2011 nanti wisatawan yang datang ke Babel sudah bisa menikmati wisata tambang bekas galian timah,” kata Gubernur Babel Eko Maulana Ali.

Menanggapi wisata tambang tersebut, Jero Wacik, memandang perlu mengingat minat turis satu sama lain itu berbeda. “Turis itu senang melihat sesuatu yang tidak ada di negaranya. Mungkin saja dengan wisata tambang, turis juga tertarik berwisata ke Babel asal dikemas dengan menarik dan terus dipromosikan,” jelas Jero Wacik.

Untuk menggaungkan Visit Bangka Belitung Archipelago 2010, lanjut Eko Maulana Ali, Pemprov Babel akan menggelar 2 kegiatan di Jakarta yakni Bangka Belitung Day pada 19-21 Deember di Plaza Senayan Gelora Bung Karno dan malam puncaknya pada 22 Desember di Plenari Hall, JCC. Sedangkan acara launching Visit Bangka Belitung Archipelago 2009 dan Festival Kembang Api akan berlangsung pada 19-23 Desember di Pantai Tanjung Pendam, Tanjaung Pandan, Belitung yang rencananya akan dihadiri oleh Jero Wacik.

Hadir dalam acara peluncuran Visit Bangka Belitung Archipelago 2010 di Jakarta yang diramaikan dengan sejumlah tarian tradisional Babel hari ini, antara lain Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi & Iptek Titin Sukarya, Dirjen Pemasaran Sapta Nirwandar, Direktur MICE Nia Niscaya, Direktur Promosi Dalam Negeri Fathul Bahri, pengusaha pariwisata Johnnie Sugiarto, Putri Pariwisata Indonesia 2009 Andara Rainy Ayudini, dan tamu undangan serta beberapa masyarakat asal Babel yang berdomisili di Jakarta.

Artis Sandra Dewi asal Babel yang rencananya hadir, tidak muncul sampai akhir acara. Padahal sejumlah wartawan infotaiment sudah menanti untuk mewawancarainya seputar event visit ini.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Transaksi Indonesia di WTM London 2009 Rp 267 Milyar


Indonesia dalam hal Departemen Kebudayaan & Pariwisata (Depbudpar) berhasil memperoleh transaksi sekitar Rp 267 milyar dalam pameran pariwisata World Travel Market (WTM) 2009 yang berlangsung selama 4 hari, 9-12 November lalu di London, Inggris. Dari mana hasil itu didapat?

Hasil transaksi tersebut diperoleh setelah Depbudpar membagikan questioner ke 24 perusahaan pariwisata Indonesia yang turut serta dalam WTM 2009. Dari setiap perusahaan, Depbudpar mendapatkan 23 appointment prospective dengan jumlah perolehan rata-rata 946 wisatawan mancanegara (wisman). Jadi total wisman yang dihasilkan 24 x 946 = 22.704 wisman.

Apabila dengan asumsi pengeluaran per kunjungan US$ 1.178, maka totak devisa yang diperoleh adalah US$ 26.745.312 atau Rp 267.453.120.000 atau Rp 267 milyar lebih.

Peserta Indonesia di WTM London 2009 terdiri atas 7 Dinas Pariwisata Daerah yakni Bali, Kabupaten Badung, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Kota Palembang, Kabupaten Wakatobi dan Kalimantan Timur, ditambah 24 industri pariwisata antara lain Garuda Indonesia, 6 travel agent, 14 hotel, 1 safari park, dan dive centre.

Booth (Paviliun) Indonesia secara resmi dibuka oleh Dirjen Pemasaran Debudpar selaku Ketua Delagasi Indonesia Sapta Nirwandar yang diawali sambutan Dubes RI di London Yuri O. Thamrin, disusul sambutan Oleh Sapta Nirwandar sekaligus pengguntingan pita secara bersama.

Dalam pameran ini Indonesia menggelar sejumlah kegiatan seperti Indonesia Destination Workshop di Royal National Hotel yang dihadiri sekitar 39 travel agent dari Inggris, melakukan interview dengan beberapa media di Inggris, dan mengadakan pertemuan dengan pihak-pihak terkait seperti tour operator dan travel agent.

Depbudpar juga memasang iklan pariwisata Indonesia di media cetak Travel Weekly WTM Daily News 1 (satu) halaman penuh selama event WTM London 2009 berlangsung. Serta memasang Web Expsosure di website WTM mulai 19 Oktober 2009 s/d 18 Oktober 2010.

Guna menarik perhatian pengunjung untuk datang ke Paviliun Indonesia yang luasnya 200 meter persegi, digelar demo membatik oleh Allure Batik, demo Spa oleh Gaya Spa, dan suguhan kopi Indonesia di coffee corner.

WTM London merupakan bursa pariwisata terbesar kedua setelah Internationale Tourismus Borse (ITB) Berlin. Pada WTM London 2009 ini diikuti sekitar 50.000 travel profesional yang berasal dari 187 negara.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Sumber: Diyak Mulahela, direktur LEPITA
Foto: Diyak Mulahela


Selasa, 08 Desember 2009

Ke Toraja Saat Lovely December Diskon Inap 50%




Jelang akhir tahun ini kesempatan baik buat Anda berwisata ke Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Pasalnya dari tanggal 12-26 Desember ini, di dataran tinggi itu berlangsung pentas seni budaya bertajuk Lovely December. Menariknya, Anda bakal dapat diskon inap 50% di hotel-hotel setempat. Dan masih ada lagi.

Selain diskon inap 50% , selama acara Lovely December 2009 yang diselenggarakan Pemkab Toraja Utara (Torut) bekerjasama dengan Depbudpar RI ini juga akan memberikan diskon guide fee sebesar 50% bagi wisatawan.

Menurut Sekdakab Torut Lewaran Rantelabi, Lovely December yang kedua kali ini akan menampilkan berbagai acara menarik seperti pameran kerajinan setempat, pameran foto pariwisata, bazaar, lomba masakan tradisional, pasar malam, hiburan rakyat, dan dialog serta seminar budaya daerah dari tanggal 12-18 Desember.

“Khusus tanggal 18 Desember ada lomba arung jeram atau rafting dari hulu Sungai Sa’adan ke Rantepao_ibukota Kab. Torut. Sedangkan tanggal 26 Desember menjadi puncak acara Lovely December di Rantepao diramaikan dengan pentas seni budaya, upacara adat kematian atau rambu solo, dan upacara syukuran atau rambu tuka,” jelas Lewaran kepada sejumlah media di Gedung Sapta Pesona, Depbudpar, Jakarta (8/12).

Korwil ASITA Sulsel Nico B. Pasaka berpendapat event Lovely December merupakan kesempatan yang baik untuk menjaring wisman kembali ke Toraja. Minimal warga Toraja yang merantau di berbagai daerah di Nusantara maupun luar negeri bisa pulang kampung, bertepatan dengan perayaan Natal. “Bila saja 5.000 orang Toraja mudik saat Lovely December selama 1 minggu dengan pengeluaran rata-rata Rp 150.000 per hari, maka Toraja akan mendapatkan pemasukan sebesar 8 milyar per bulan,” jelas Niko.

Tak sulit mencari transportasi ke Toraja, lanjut Niko. Ada beberapa pilihan transportasi yang bisa digunakan wisatawan. “Ada 42 bus yang beroperasi dari pagi hingga malam dari Makassar ke Toraja dan sebaliknya. Bus Non AC Rp 60.000 dan Bus AC Rp 80.000 per orang. Kalo sewa mobil L300 atau kijang dari Makassar Rp 500.000-Rp 600.000 per hari, sudah termasuk bahan bakar dan sopir. Selain itu ada 52 mobil milik Biro Perjalanan Wisata di Makassar yang disewakan ke Toraja,” jelas Niko.

Meski kejayaan pariwisata Toraja belum pulih, namun lewat acara ini paling tidak memberi kontribusi pertumbuhan wisatawan yang semakin baik buat Toraja dan Sulsel. Menurut Staf Ahli Menbupar Bidang Ekonomi dan Iptek Titin Sukarya, pertumbuhan wisatawan Sulsel dari pintu utama Makassar sampai Oktober 2009 meningkat 182,32 % dibanding tahun 2008. “Bila tahun lalu hanya 386 wisatawan, tahun ini sampai Oktober sudah 10.829 wisatawan. Dari jumlah memang masih kecil tapi dari pertumbuhan sudah bagus,” jelas Titin yang berharap dengan Lovely December, jumlah kunjungan wisatawan ke Toraja yang tengah diajukan Depbudpar ke Unesco untuk mendpat pengakuan sebagai warisan budaya dunia itu semakin meningkat.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)